I.
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Laut Indonesia memiliki luas lebih
kurang 5,6 juta km2 dengan garis pantai I sepanjang 81.000 km,
dengan potensi sumberdaya, terutama perikanan laut yang cukup besar, baik dari
segi kuantitas maupun diversitasnya (Nontji, 1987).
Indonesia mempunyai perairan laut yang
lebih luas dari pada daratan, oleh karena itu Indonesia di kenal sebagai negara
maritim. Perairan laut Indonesia kaya akan berbagai biota laut baik flora
maupun fauna. Demikian luas serta keragaman jasad– jasad hidup di dalam yang
kesemuanya membentuk dinamika kehidupanuntuk dapat dimanfaatkan adalah lamun,
dimana secara ekologis lamun mempunyai beberapa fungsi penting di daerah pesisir.
Lamun merupakan produktifitas primer di perairan dangkal di seluruh dunia dan
merupakan sumber makanan penting bagi banyak organisme.
Oleh karena itu dilakukan praktik
lapang dimana Praktek lapang yang
dilakukan di Pulau Barrang Lompo ini mencakup beberapa point diantaranya pengukuran
kerapatan padang lamun,pengukuran luas penutupan padang lamun, pengidentifikasian
spesies lamun, identifikasi makrozoobentos dan perhitungan kelimpahan
makrozoobentos yang berada di daerah padang lamun.
B. Tujuan
dan kegunaan
Praktik
lapang ini bertujuan untuk mengetahui jenis-jenis lamun,mengetahui jumlah
kerapatan lamun,mengetahui berapa jumlah luas penutupan padang lamun,mengetahui
organisme apa saja yang berasosiasi pada ekosistem padang lamun dan mengetahui
hubungan antara kerapatan dan luas penutupan lamun terhadap kelimahan organisme
yang berasosisasi pada daerah padang lamun. Adapun kegunaan diadakannya praktek
lapang di pulau barrang lompo kota makassar yaitu agar mahasiswa mampu
menghitung Presentase kerapatan dan luas penutupan pada ekosistem lamun dan
dapat membedakan spesies lamun yang satu dan
lainnya.
C. Ruang
Lingkup
Ruang lingkup praktek lapang ini
mencakup beberapa point diantaranya pengukuran kerapatan padang
lamun,pengukuran luas penutupan padang lamun,pengidentifikasian spesies
lamun,identifikasi makrozoobentos dan perhitungan kelimpahan makrozoobentos
yang berada di daerah padang lamun
II.TINJAUAN
PUSTAKA
A. Defenisi
Lamun
Lamun (seagrass) adalah tumbuhan berbunga
(Angiospermae) yang sudah sepenuhnya menyesuaikan diri untuk hidup terbenam di
dalam laut (Dahuri, 2001). Tumbuhan ini mempunyai beberapa sifat yang
memungkinkannya hidup di lingkungan laut yang mampu hidup di media air asin,
mempunyai sistem perakaran yang kuat, mampu
berkembangbiak dengan baik dalam keadaan terbenam (Dahuri, 2001).
Seperti halnya rumput di darat, lamun mempunyai tunas daun yang tegak dan
memiliki tangkai . Berbeda dengan tumbuhan laut lainnya (alga), lamun memiliki
bunga dan menghasilkan biji. Lamun juga mempunyai akar dan sistem internal
untuk mengangkut gas dan zat – zat hara(Romimohtarto dan Juwana, 2001).
Lamun tumbuh subur terutama di daerah
terbuka pasang surut dan perairan pantai yang dasarnya berupa lumpur, pasir,
kerikil, dan patahan karang mati, dengan kedalaman hingga 4 meter.Padang lamun
terbentuk di dasar laut yang masih ditembusi cahaya matahari yang cukup untuk
pertumbuhannya (Nontji, 2002). Di seluruh dunia diperkirakan terdapat 22 jenis
lamun. Di Indonesia ditemukan 12 jenis lamun dari 7 marga (Bengen, 2004)
Lamun ditempatkan pada Subclassis
Monocotyledoneae, class Angiospermae. Dari 4 familia lamun yang diketahui, 2
familia dapat ditemukan di perairan Indonesia yaitu Hydrocharitaceae dan Potamogetonaceae
(den Hartog, 1970). Familia Hydrocharitaceae ditemukan 6 jenis lamun yaitu Enhalus acoroides, Thalassia hemprichii, Halophila ovalis, Halophila decipiens, Halophila
minor, dan Halophila soinulosa.
Dari familia Potamogetonaceae terdapat 6 jenis yaitu Syringodium isoetifolium, Cymodocea rotundata, Cymodocea serrulata,
Halodule uninervis, Halodule pinifolia, dan Thalassodendron ciliatum (den Hartog, 1970).
B. Jenis
– Jenis Lamun di Indonesi
Dari 4 familia lamun yang diketahui, 2
familia dapat ditemukan di perairan Indonesia yaitu Hydrocharitaceae dan
Potamogetonaceae (den Hartog, 1970). Familia Hydrocharitaceae ditemukan 6 jenis
lamun yaitu Enhalus acoroides, Thalassia
hemprichii, Halophila ovalis, Halophila decipiens, Halophila minor, dan Halophila soinulosa. Dari familia
Potamogetonaceae terdapat 6 jenis yaitu Syringodium
isoetifolium, Cymodocea rotundata, Cymodocea serrulata, Halodule uninervis,
Halodule pinifolia, dan Thalassodendron
ciliatum
(den
Hartog, 1970).
1. Enhalus
acoroides
Ujung daun membulat kadang-kadang
terdapat serat-serat kecil yang menonjol pada waktu muda,tepi daun seluruhnya
jelas, bentuk garis tepinya seperti melilit, tumbuh diperairan dangkal dengan
substrat berpasir dan berlumpur atau
kadang-kadang diterumbu karang(Den Hartog 1970; Phillips & Menez 1988).
Gambar
1.Enhalus acoroides (Linneaus f.) Royle
Klasifikasi :
Kingdom:
Plantae
Divisi
: Spermatophyta
Class:
Liliopsida
Order:
Hydrocharitales
Family:
Hydrocharitaceae
Genus: Enhalus
Spesies
: Enhalus acoroides
2.Thalassia hemprichii
Daun berbentuk pita, terdapat sepuluh
sampai tujuh belas tulang-tulang daun yang membujur, pada helaian daun terdapat
ruji-ruji hitam yang pendek, ujung daunnya membulat, tidak terdapat ligula,
tumbuh didaerah substrat berpasir dan berlumpur, dan kadang-kadang di terumbu
karang(Den Hartog 1970; Phillips & Menez 1988).
Gambar 2.Thalassia hemprichii(Ehrenberg) Ascherson
Klasifikasi :
Kingdom:
Plantae
Divisi
: Spermatophyta
Class:
Liliopsida
Order
: Alismatales
Family:
Hydrocharitaceae
Genus:Thalassia .
Spesies
:Thalassia hemprichii
3. Cymodocea
serrulata
Daunnya berwarna ungu pada tumbuhan
yang masih hidup, tepi daunnya tampak jelas. Memiliki rizhoma yang halus,
tiap-tiap tunas terdiri dari dua sampai
lima helaian daun, daunnya membentuk
segitiga yang lebar, dan menyempit pada bagian pangkalnya(Den Hartog 1970;
Phillips & Menez 1988).
Gambar 3.Cymodocea serrulata(R. Brown) Ascherson and Magnus
Klasifikasi :
Kingdom:
Plantae
Divisi
: Spermatophyta
Class : Liliopsida
Order:
Alismatales
Family:
Potamogetonaceae
Genus: Cymodocea
Spesies
:Cymodocea serrulata
4. Cymodocea
rotundata
Helaian daunnya berkembang baik dan
berwarna ungu muda, memiliki rizhoma yang halus dan bersifat herbaceous, tunas
pendek dan tegak lurus pada setiap node, terdapat lingula, ujung daunnya licin
(halus) membulat dan tumpul dan terkadang berbentuk seperti hati(Den Hartog 1970;
Phillips & Menez 1988).
Gambar 4. Cymodocea rotundata (Erenberg and
Hemprich ex Ascherson)
Klasifikassi :
Kingdom:
Plantae
Division : Spermatophyta
Class:
Liliopsida
Order :
Alismatales
Family :
Cymodoceaceae
Genus :
Cymodocea
Species : Cymodocea rotundata
5. Syringodium
isoetifolium
Daunnya berbentuk silindris, terdapat
ligula.Rhizomanya tipis dan bersifat herbaceous, pada setiap node terdapat
tunas tegak yang terdiri dari dua sampai tiga helai daun, daun-daunnya dengan
mudah dikenali(Den Hartog 1970; Phillips & Menez 1988).
Gambar 5.syringodium isoetifolium (Ascherson)
Dandy
Klasifikasi :
Kingdom:
Plantae
Division: Spermatophyta
Class : Liliopsida
Order :
Alismatales
Family :
Cymodoceaceae
Genus :
Syringodium
Species: Syringodium isoetifolium
6. Halodule
uninervis
Bagian tengah tulang daun yang hitam
biasanya mudah robek menjadi dua pada ujungnya Tulang daun tidak lebih dari
tiga, daun selalu berakhir pada tiga titik, yang jelas pada ujung daun, ujung
daun seperti
trisula(Den Hartog 1970; Phillips & Menez 1988).
Gambar
6 .Halodule uninervis(Forsskal)
Ascherson
Klasifikasi :
Kingdom:
Plantae
Division : Spermatophyta
Class : Liliopsida
Order : Alismatales
Family : Cymodoceaceae
Genus : Halodule
Species
:Halodule uninervis
7. Halodule
pinifolia
Daunnya lurus dan tipis, tulang
daunnya tidak lebih dari tiga, biasanya pada bagian tengah dari tulang-tulang
daun mudah robek menjadi dua pada ujungnya, pada ujung daun terdapat tiga titik
yang jelas(Den Hartog 1970; Phillips & Menez 1988).
Gambar 7.Halodule pinifolia (Miki) den Hartog
Klasifikasi :
Kingdom:
Plantae
Division : Spermatophyta
Class : Liliopsida
Order : Alismatales
Family : Cymodoceaceae
Genus : Halodule
Species
:Halodule pinifolia
8. Halophila
ovalis
Bagian tepi daun halus, Seperti
tanaman semanggi, daunnya memiliki sepasang tangkai, daunnya mempunyai 10-25
pasang tulang daun yang menyilang, rhizomanya tipis mudah dan halus, permulaan
akarnya berkembang baik di pangkal pada setiap tunas(Den Hartog 1970; Phillips
& Menez 1988).
Gambar
8.Halophila ovalis (R.
Brown) Hooker f.
Klasifikasi :
Kingdom:
Plantae
Division : Spermatophyta
Class :
Liliopsida
Order :
Alismatale
Family :
Hydrocharitaceae
Genus :
Halophila
Species :Halophila ovalis
9. Halophila
spinulosa
Daun berbentuk bulat panjang, setiap
kumpulan daun terdiri dari 10-25 helaian daun yang saling berlawanan, tepi daun
tajam, rhizomanya tipis dan kadang-kadang “berkayu”(Den Hartog 1970; Phillips
& Menez 1988).
Gambar
9.Halophila spinulosa(R.
Brown) Ascherson
Klasifikasi :
Kingdom:
Plantae
Divisi : Spermatophyta
Class :
Liliopsida
Order :
Alismatales
Family :
Hydrocharitaceae
Genus : Halophila
Spesies: Halophila
spinulosa
10. Halophila
minor
Daun berbentuk bulat panjang seperti telur,
daun memiliki empat sampai tujuh pasang tulang daun, pasangan daun dengan
tegakan pendek, panjang daun berkisar
0,5-1,5 cm.
Gambar
10.Halophila minor(Zollinger)
den Hartog
Klasifikasi :
Kingdom :
Plantae
Division : Spermatophyta
Class :
Liliopsida
Order :
Alismatales
Family :
Hydrocharitaceae
Genus :
Halophila
Species :Halophila minor
11. Halophila
decipiens
Memiliki daun yang berpasangan,
helai-helai daunnya berbulu, tembus cahaya dan tipis mencolok, pada bagian
tengah daun terdapat enam sampai Sembilan pasang tulang yang menyilang, tepi
daun bergerigi, rhizomanya berbulu dan sering tampak kotor karena sedimen yang
menempel(Den Hartog 1970; Phillips & Menez 1988).
Gambar 11.Halophila decipiens(Ostenfeld)
Klasifikasi :
Kingdom:
Plantae
Division :
Spermatophyta
Class :
Liliopsida
Order :
Alismatales
Family :
Hydrocharitaceae
Genus :
Halophila
Species:Halophila decipiens
12. Thalassodendrom
ciliatum
Ujungdaun membulat seperti gigi,
tulang daun lebih dari tiga, rhizomanya sangat keras dan berkayu, daun-daunnya
berbentuk sabit dimana agak menyempit pada bagian pangkalnya (Den Hartog 1970;
Phillips & Menez 1988).
Gambar 12:Thalassodendrom ciliatum(Forsskal) den Hartog
Klasifikasi :
Kingdom:
Plantae
Divisi
: Spermatophyta
Class :
Liliopsida
Order :
Alismatales
Family :
Cymodoceaceae
Genus :
Thalassodendron
Spesies :Thalassodendron ciliatum
C. Asosiasi
Makrozoobenthos di Padang Lamun
Padang lamun memiliki keanekaragaman
spesies yang cukup tinggi. Salah satu kelompok organisme yang banyak ditemukan
di padang lamun adalah kerang–kerangan. Salah satunya dari golongan mollusca
seperti Bivalvia dan gastropoda (Nontji, 2002).
Bivalvia memiliki sepasang cangkang.
Nama lainnya adalah Lamellibranchia, Pelecypoda, atau Bivalvia (Franc, 1960).
Habitat Bivalvia yaitu pada perairan
yang tenang dan subur, keadaan substrat yang halus (pasir berlumpur), arus yang
relatif lemah, suhu, cahaya dan oksigen terlarut yang memadai (Hines, 1978).
Besarnya kelimpahan organisme Bivalvia
di padang lamun ada keterkaitannya dengan produktivitas primer di padang lamun.
Perairan Barrang Lompo memiliki kelimpahan lamun yang cukup sehingga gastropoda
dan Bivalvia ditemukan di tempat ini (Rupper dan Barnes, 1994).
III.
METODOLOGI PRAKTIK
A. Waktu
dan Tempat
Praktik lapang dilaksanakan pada
tanggal 10 november 2012. Bertempat di Pulau Barrang Lompo, Kel. Barrang Lompo,
Kec. Ujung Tanah, Kota Makassar.
Sedangkan pada analisis dan
perhitungan data dilaksanakan di Jurusan Ilmu Kelautan, Fakultas Ilmu Kelautan
dan Perikanan, Universitas Hasanuddin.
B. Alat
dan Bahan
Alat yang digunakan adalah Botol
sampel, alat tersebut digunakan untuk menyimpan sampel makrozoobenthos, alat
tulis menulis berfungsi untuk menulis data, spidol permanen berfungsi untuk
menulis nama atau species pada botol, sabak berfungsi untuk menulis data di
bawah air, ayakan berfungsi sebagai alat penyaring makrozoobenthos, skop yang
berfungsi mengambil mengambil makrozoobentgos yang berada di dalam pasir, dan
transek berfungsi untuk mengetahui jumlah kepadatan lamun.
Bahan yang digunakan adalah alkohol
yang berfungsi untuk mengawetkan organisme yang telah di dapatkan agar tidak
rusak dan membusuk.
C. Presedur
Kerja
Meletakkan transek sesuai lokasi yang
telah ditentukan, mengamati jenis lamun dan semua biota yang hidup untuk
identifikasi jenisnya, mengambil sedimen sedalam 10 cm, sebanyak tiga kali
ulangan, sampel biota yang didapat kemudian dibersihkan, disortir, dan
dimasukkan ke dalam botol sampel berlabel, kemudian menjelaskan peran dan
fungsi masing-masing biota di ekosistem lamun.
D. Analisis
data
Rumus yang digunakan dalam perhitungan
kerapatan dan penutupan lamun adalah ;
1.
Menghitung
kerapatan
D = Ni/A
|
Keterangan ;
D
: Kerapatan ( ind/400cm )
Ni
: Kepadatan ( m )
A
: Jumlah total kepadatan ( m )
Tabel skala kerapatan lamun Ambo Rappe
( 2009 ) dalam Musdalifha ( 2011 )
Skala
|
Kerapatan
( ind/m2 )
|
Kondisi
|
1
|
<
25
|
Sangat
jarang
|
2
|
25
– 224
|
Jarang
|
3
|
225
– 424
|
Agak
rapat
|
4
|
425
– 624
|
Rapat
|
5
|
<
625
|
Sangat
rapat
|
2.
Menghitung Penutupan
C =(jumlah penutupan)/(jumlah kisi) x100%
|
Keterangan
:
C :
Penutupan
3.
Menghitung Kerapatan Makrozoobenthos
D = Ni/A
|
IV.
HASIL DAN PEMBAHASAN
A.
Hasil
a.
Kerapatan
Grafik 1.
Tingkat Kerapatan Lamun pada Plot I
Grafik 2.
Tingkat Kerapatan Lamun pada Plot II
Grafik
3. Tingkat Kerapatan Lamun pada Plot III
b.
Penutupan
Grafik
4. Tingkat Penutupan Lamun pada 3 Plot
c. Kerapatan
Makrozoobenthos
Gambar
5. Kerapatan Makrozoobenthos terhadap lamun
B.
Pembahasan
Pada
Ulangan pertama terdapat 1 jenis lamun yang ditemukan yaitu Enhalus acoroides. Jenis lamun Enhalus acoroides banyak ditemukan pada
transek ulangan pertama dengan jumlah presentase kerapatan pada ekosistem padang lamun di
ulanganpertama yang cukup
tinggi dikarenakan oleh kemampuan adaptasi jenis lamun Enhalus acoroides yang mampu bertahan terhadap hempasan ombak
karena memiliki batang yang sangat besar dan kondisi lingkungan perairan yang
sangat memungkinkan lamun untuk tumbuh dan berkembang. Dan ditemukan organisme
makrozobenthos berupa cacing jenis annelida.
Adapun
luas penutupanpadatransekulanganpertama terlihat pada jumlah kisi yang terisi
pada transek.Jumlahkisi yang terisisebanyak 14,5 kisi yangtermasukdidalamnyaEnhalusacroides.
Berdasarkan
grafik dan hasil pengamatan pada ulangan transek pertama maka dapat dikatakan
bahwa kerapatan lamun pada transek ulangan pertama adalah sangat jarang
Pada
Ulangan kedua terdapat 2 jenis lamun
yang ditemukan yaitu Enhalus acoroides
dan Thalassia hemprichi. Jenis lamun yang paling banyak ditemukan pada
transek ulangan kedua adalah jenis lamun
Thalassia hemprichii dengan presentasekerapatanpadaekosistempadanglamun
di ulangan kedua
paling tinggi yang
kemungkinan disebabkan oleh kemampuan adaptasi jenis lamun Thalassia hemprichii yang mampu bertahan terhadap hempasan ombak
karena memiliki batang yang sangat besar dan kondisi lingkungan perairan yang
sangat memungkinkan lamun untuk tumbuh dan berkembang.
Pada ulangan kedua terdapat 2
makrozoobentos organisme jenis mollusca
yakni Codakia punctata. Jenis
makrozoobentos tersebut mampu bertahan hidup dan berkembang di daerah lamun
karena disamping kemampuan lamun sebagai tempat perlindungannya, makrozoobentos
tersebut juga adalah pemakan tumbuhan (herbivora)
sehingga lamun disini berperan sebagai produsen primer bagi makrozoobentos
tersebut. dan berhabitat di
lingkungan tropis laut dangkal.
Adapun luas penutupanpadatransekulanganpertama terlihat pada jumlah kisi yang terisi
pada transek.Jumlahkisi yang terisisebanyak 19 kisi yangtermasukdidalamnyaEnhalusacroidesdan Thalassia hemprichii.
Berdasarkan hasil pengamatan pada ulangan
transek pertama dimana didapatkan sebanyak
18 tegakan pada transek maka dapat dikatakan bahwa kerapatan lamun pada
transek ulangan pertama adalah cukup
padat .
Pada
Ulangan ketiga terdapat 3 jenis lamun yang ditemukan yaitu Enhalus acoroides dan Thalassia hemprichi dan
Cymodocea rotundata. Jumlah jenis lamun
yang ditemukan pada transek ulangan
ketiga adalah samadengan presentasekerapatanpadaekosistempadanglamun di
ulanganpertama paling tinggi
yang kemungkinan terjadi karena pada daerah ulangan ketiga kondisi
lingkungannya dimana daerah tersebut tidak memungkinkan lamun untuk tumbuh dan
berkembang dengan baik sehingga jumlah tegakan lamun yang di dapatkan pada
transek ulangan III begitu sedikit.
Pada ulangan
ketiga terdapat 1 Jenis makrozoobentos yaitu cacing jenis Sipuncula.
makrozoobentos mampu hidup didaerah lamun karena lamun berperan sebagai daerah
asuhan.Makrozobentos yang ditemukan di ulangan
III adalah pemakan tumbuhan (herbivora) sehingga
lamun berperan sebagai produsen pirimer bagi makrozoobentos.
Adapun luas penutupan pada transek ulangan ketiga terlihat pada jumlah kisi yang
terisi pada transek. Jumlah
kisi yang terisisebanyak
19 kisi
yangtermasukdidalamnyaEnhalusacroidesdan Thalassia hemprichii serta I Cymodocea
rotundata.
Berdasarkan hasil pengamatan pada ulangan
transek pertama dimana didapatkan sebanyak 9 tegakan pada transek maka dapat
dikatakan bahwa kerapatan lamun pada transek ulangan ketiga adalah sangat
jarang .
V. KESIMPULAN
DAN SARAN
A.
Kesimpulan
Kerapatan
dan penutupan ekosistem padang lamun mempengaruhi jumlah makrozoobentos yang
hidup pada ekosistem padang lamun tersebut.
B.Saran
Saran untuk laboratorium sebaiknya
dijaga kebersihannya serta kerapiannya. Saran untuk asisten agar lebih kerja
sama dalam asistensi.
Lampiran 1
Lampiran 1
Kerapatan Padang Lamun di Pulau Barrang Lompo
KISI
|
ULANGAN I
|
ULANGAN II
|
ULANGAN III
|
1.
|
16
E
|
5
E
13
T
|
11
C
|
2.
|
5
E
|
22
T
|
3
T
|
3.
|
17
E
|
18
T
|
9
E
1
C
|
4.
|
7E
|
9
T
|
4
E
|
5.
|
13
E
|
25
T
|
9
T
|
JUMLAH
|
58
|
92
|
37
|
Keterangan :
E
: Enhalus accoroides
T
: Thalassia hemprichii
C
: Cymodocea rotundata
·
Kepadatan
Ulangan I
1.
Enhalus accoroides =
= 11.6
2.
Thalassia hemprichii dan Cymodocea rotundata = 0
·
Kepadatan
Ulangan II
1.
Enhalus accoroides =
= 1
2.
Thalassia hemprichii =
= 17.4
3.
Cymodocea rotundata = 0
·
Kepadatan
Ulangn III
1.
Enhalus accoroides =
= 2.6
2.
Thalassia hemprichii =
= 2.4
3.
Cymodocea rotundata =
= 2.4
Lampiran 2
Penutupan
Padang Lamun di Pulau Barrang Lompo
ULANGAN I
|
ULANGAN II
|
ULANGAN III
|
14,5
|
19
|
12
|
· Ulangan I
C =
X 100
= 58 %
· Ulangan II
C =
X 100 % = 76 %
· Ulangan III
C =
X 100 % = 48 %
Lampiran 3
Kerapatan
Makrozoobentos
No.
|
ULANGAN I
|
ULANGAN II
|
ULANGAN III
|
1
|
2 Bivalvia
|
1 Annelida
|
2 Annelida
|
2
|
1 Annelida
|
1 Crustacea
|
|
3
|
|
1 Gastropoda
|
|
JUMLAH
|
3
|
3
|
2
|
Kerapatan
:
Plot 1 =
3 : ! = 3
Plot II = 3 : 1 =3
Plot III = 2 : 1 =2
Penutupan
Plot I =
3 : 25 x 100 % = 12%
Plot II = 3 : 25 x 100% = 12%
Plot III = 2 : 25 x 100% = 8%
DAFTAR PUSTAKA
Hartog, C.den. 1970. Seagrass Of The
World. North –Holland Publ.Co., Amsterdam Kikuchi dan J.M. Peres. 1997. C
Dahuri, R.J.Rais, S.P. Ginting dan
M.J. Sitepu. Zool. Pengelolaan sumber daya wilayah Pesisir dan Lautan Secara
Terpadu.Firsted.Pradnya Paramitha Jakarta.
Fairhurst, R.A. and K.A. Graham. 2003.
Seagrass bed-sediment characteristics of Manly Lagoon. In: Freshwater Ecology
Report 2003. Department of Environmental Sciences, University of Technology, Sydney.
Nontji, A. 1987. Laut Nusantara.
Penerbit Djambatan. Jakarta.
Nybakken, J.W. 1988. Biologi Laut:
suatu pendekatan ekologis. Alih bahasa H. Muh.Eidman dkk. Penerbit Gramedia.
Jakarta.
Terrados, J. and C.M. Duarte. 2003.
Southeast Asian Seagrass Ecosystem Under Stress: have we improved?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar