Selasa, 04 Desember 2012

LAPORAN LENGKAP EKOLOGI LAUT


I.    PENDAHULUAN
A.     Latar Belakang
Laut Indonesia memiliki luas lebih kurang 5,6 juta km2 dengan garis pantai I sepanjang 81.000 km, dengan potensi sumberdaya, terutama perikanan laut yang cukup besar, baik dari segi kuantitas maupun diversitasnya (Nontji, 1987).
Indonesia mempunyai perairan laut yang lebih luas dari pada daratan, oleh karena itu Indonesia di kenal sebagai negara maritim. Perairan laut Indonesia kaya akan berbagai biota laut baik flora maupun fauna. Demikian luas serta keragaman jasad– jasad hidup di dalam yang kesemuanya membentuk dinamika kehidupanuntuk dapat dimanfaatkan adalah lamun, dimana secara ekologis lamun mempunyai beberapa fungsi penting di daerah pesisir. Lamun merupakan produktifitas primer di perairan dangkal di seluruh dunia dan merupakan sumber makanan penting bagi banyak organisme.
Oleh karena itu dilakukan praktik lapang dimana  Praktek lapang yang dilakukan di Pulau Barrang Lompo ini  mencakup beberapa point diantaranya pengukuran kerapatan padang lamun,pengukuran luas penutupan padang lamun, pengidentifikasian spesies lamun, identifikasi makrozoobentos dan perhitungan kelimpahan makrozoobentos yang berada di daerah padang lamun.

B.     Tujuan dan kegunaan
Praktik lapang ini bertujuan untuk mengetahui jenis-jenis lamun,mengetahui jumlah kerapatan lamun,mengetahui berapa jumlah luas penutupan padang lamun,mengetahui organisme apa saja yang berasosiasi pada ekosistem padang lamun dan mengetahui hubungan antara kerapatan dan luas penutupan lamun terhadap kelimahan organisme yang berasosisasi pada daerah padang lamun. Adapun kegunaan diadakannya praktek lapang di pulau barrang lompo kota makassar yaitu agar mahasiswa mampu menghitung Presentase kerapatan dan luas penutupan pada ekosistem lamun dan dapat membedakan spesies lamun yang satu dan  lainnya.

C.     Ruang Lingkup
Ruang lingkup praktek lapang ini mencakup beberapa point diantaranya pengukuran kerapatan padang lamun,pengukuran luas penutupan padang lamun,pengidentifikasian spesies lamun,identifikasi makrozoobentos dan perhitungan kelimpahan makrozoobentos yang berada di daerah padang lamun
II.TINJAUAN PUSTAKA
A.     Defenisi Lamun
Lamun (seagrass) adalah tumbuhan berbunga (Angiospermae) yang sudah sepenuhnya menyesuaikan diri untuk hidup terbenam di dalam laut (Dahuri, 2001). Tumbuhan ini mempunyai beberapa sifat yang memungkinkannya hidup di lingkungan laut yang mampu hidup di media air asin, mempunyai sistem perakaran yang kuat, mampu  berkembangbiak dengan baik dalam keadaan terbenam (Dahuri, 2001). Seperti halnya rumput di darat, lamun mempunyai tunas daun yang tegak dan memiliki tangkai . Berbeda dengan tumbuhan laut lainnya (alga), lamun memiliki bunga dan menghasilkan biji. Lamun juga mempunyai akar dan sistem internal untuk mengangkut gas dan zat – zat hara(Romimohtarto dan Juwana, 2001).
Lamun tumbuh subur terutama di daerah terbuka pasang surut dan perairan pantai yang dasarnya berupa lumpur, pasir, kerikil, dan patahan karang mati, dengan kedalaman hingga 4 meter.Padang lamun terbentuk di dasar laut yang masih ditembusi cahaya matahari yang cukup untuk pertumbuhannya (Nontji, 2002). Di seluruh dunia diperkirakan terdapat 22 jenis lamun. Di Indonesia ditemukan 12 jenis lamun dari 7 marga (Bengen, 2004)
Lamun ditempatkan pada Subclassis Monocotyledoneae, class Angiospermae. Dari 4 familia lamun yang diketahui, 2 familia dapat ditemukan di perairan Indonesia yaitu Hydrocharitaceae dan Potamogetonaceae (den Hartog, 1970). Familia Hydrocharitaceae ditemukan 6 jenis lamun yaitu Enhalus acoroides, Thalassia hemprichii, Halophila ovalis, Halophila decipiens, Halophila minor, dan Halophila soinulosa. Dari familia Potamogetonaceae terdapat 6 jenis yaitu Syringodium isoetifolium, Cymodocea rotundata, Cymodocea serrulata, Halodule uninervis, Halodule pinifolia, dan Thalassodendron ciliatum (den Hartog, 1970).

B.     Jenis – Jenis Lamun di Indonesi
Dari 4 familia lamun yang diketahui, 2 familia dapat ditemukan di perairan Indonesia yaitu Hydrocharitaceae dan Potamogetonaceae (den Hartog, 1970). Familia Hydrocharitaceae ditemukan 6 jenis lamun yaitu Enhalus acoroides, Thalassia hemprichii, Halophila ovalis, Halophila decipiens, Halophila minor, dan Halophila soinulosa. Dari familia Potamogetonaceae terdapat 6 jenis yaitu Syringodium isoetifolium, Cymodocea rotundata, Cymodocea serrulata, Halodule uninervis, Halodule pinifolia, dan Thalassodendron ciliatum
(den Hartog, 1970).
1.      Enhalus acoroides
Ujung daun membulat kadang-kadang terdapat serat-serat kecil yang menonjol pada waktu muda,tepi daun seluruhnya jelas, bentuk garis tepinya seperti melilit, tumbuh diperairan dangkal dengan substrat berpasir dan  berlumpur atau kadang-kadang diterumbu karang(Den Hartog 1970; Phillips & Menez 1988).
Gambar 1.Enhalus acoroides (Linneaus f.) Royle



Klasifikasi :

Kingdom: Plantae
  Divisi : Spermatophyta
              Class: Liliopsida
                       Order: Hydrocharitales
                                 Family: Hydrocharitaceae
                                             Genus: Enhalus
                                                                Spesies : Enhalus acoroides
2.Thalassia hemprichii
Daun berbentuk pita, terdapat sepuluh sampai tujuh belas tulang-tulang daun yang membujur, pada helaian daun terdapat ruji-ruji hitam yang pendek, ujung daunnya membulat, tidak terdapat ligula, tumbuh didaerah substrat berpasir dan berlumpur, dan kadang-kadang di terumbu karang(Den Hartog 1970; Phillips & Menez 1988).
Gambar 2.Thalassia hemprichii(Ehrenberg) Ascherson
Klasifikasi :

Kingdom: Plantae
        Divisi : Spermatophyta
                 Class: Liliopsida
                             Order : Alismatales
                                         Family: Hydrocharitaceae
                                                     Genus:Thalassia .
                                                               Spesies :Thalassia hemprichii


3.      Cymodocea serrulata
Daunnya berwarna ungu pada tumbuhan yang masih hidup, tepi daunnya tampak jelas. Memiliki rizhoma yang halus, tiap-tiap tunas terdiri dari  dua sampai lima  helaian daun, daunnya membentuk segitiga yang lebar, dan menyempit pada bagian pangkalnya(Den Hartog 1970; Phillips & Menez 1988).
Gambar 3.Cymodocea serrulata(R. Brown) Ascherson and Magnus
Klasifikasi :

Kingdom: Plantae
       Divisi : Spermatophyta
                Class   : Liliopsida
                            Order: Alismatales
                                        Family: Potamogetonaceae
                                                    Genus: Cymodocea
                                                                Spesies :Cymodocea serrulata

4.      Cymodocea rotundata
Helaian daunnya berkembang baik dan berwarna ungu muda, memiliki rizhoma yang halus dan bersifat herbaceous, tunas pendek dan tegak lurus pada setiap node, terdapat lingula, ujung daunnya licin (halus) membulat dan tumpul dan terkadang berbentuk seperti hati(Den Hartog 1970; Phillips & Menez 1988).
Gambar 4. Cymodocea rotundata (Erenberg and Hemprich ex Ascherson)
Klasifikassi :
Kingdom: Plantae
Division : Spermatophyta
            Class: Liliopsida  
Order   : Alismatales
Family      : Cymodoceaceae 
Genus : Cymodocea
Species : Cymodocea rotundata

5.      Syringodium isoetifolium
Daunnya berbentuk silindris, terdapat ligula.Rhizomanya tipis dan bersifat herbaceous, pada setiap node terdapat tunas tegak yang terdiri dari dua sampai tiga helai daun, daun-daunnya dengan mudah dikenali(Den Hartog 1970; Phillips & Menez 1988).
Gambar 5.syringodium isoetifolium (Ascherson) Dandy
Klasifikasi :

Kingdom: Plantae
    Division: Spermatophyta
Class        : Liliopsida
Order   : Alismatales
Family : Cymodoceaceae
Genus : Syringodium
Species: Syringodium isoetifolium


6.      Halodule uninervis
Bagian tengah tulang daun yang hitam biasanya mudah robek menjadi dua pada ujungnya Tulang daun tidak lebih dari tiga, daun selalu berakhir pada tiga titik, yang jelas pada ujung daun, ujung daun seperti trisula(Den Hartog 1970; Phillips & Menez 1988).
Gambar 6 .Halodule uninervis(Forsskal) Ascherson
Klasifikasi :

Kingdom: Plantae
       Division : Spermatophyta
                Class   : Liliopsida
                            Order   : Alismatales
                                        Family  : Cymodoceaceae
                                                 Genus     : Halodule
                                                                Species :Halodule uninervis

7.      Halodule pinifolia
Daunnya lurus dan tipis, tulang daunnya tidak lebih dari tiga, biasanya pada bagian tengah dari tulang-tulang daun mudah robek menjadi dua pada ujungnya, pada ujung daun terdapat tiga titik yang jelas(Den Hartog 1970; Phillips & Menez 1988).
Gambar 7.Halodule pinifolia (Miki) den Hartog
Klasifikasi :

Kingdom: Plantae
       Division : Spermatophyta
                Class   : Liliopsida 
                            Order   : Alismatales
                                        Family  : Cymodoceaceae
                                                    Genus  : Halodule
                                                                  Species :Halodule pinifolia
8.      Halophila ovalis
Bagian tepi daun halus, Seperti tanaman semanggi, daunnya memiliki sepasang tangkai, daunnya mempunyai 10-25 pasang tulang daun yang menyilang, rhizomanya tipis mudah dan halus, permulaan akarnya berkembang baik di pangkal pada setiap tunas(Den Hartog 1970; Phillips & Menez 1988).
Gambar 8.Halophila ovalis (R. Brown) Hooker f.
Klasifikasi :

Kingdom: Plantae
Division : Spermatophyta
Class   : Liliopsida
Order   : Alismatale
Family : Hydrocharitaceae
Genus : Halophila
Species :Halophila ovalis

9.      Halophila spinulosa
Daun berbentuk bulat panjang, setiap kumpulan daun terdiri dari 10-25 helaian daun yang saling berlawanan, tepi daun tajam, rhizomanya tipis dan kadang-kadang “berkayu”(Den Hartog 1970; Phillips & Menez 1988).
Gambar 9.Halophila spinulosa(R. Brown) Ascherson
Klasifikasi :

Kingdom: Plantae
Divisi   : Spermatophyta
Class   : Liliopsida
Order   : Alismatales 
Family : Hydrocharitaceae
Genus          : Halophila
Spesies:  Halophila spinulosa
10.    Halophila minor
Daun berbentuk bulat panjang seperti telur, daun memiliki empat sampai tujuh pasang tulang daun, pasangan daun dengan tegakan pendek, panjang daun  berkisar 0,5-1,5 cm.
Gambar 10.Halophila minor(Zollinger) den Hartog
Klasifikasi :

Kingdom : Plantae
Division : Spermatophyta
Class   : Liliopsida
Order   : Alismatales
Family : Hydrocharitaceae
Genus : Halophila
Species :Halophila minor
11.    Halophila decipiens
Memiliki daun yang berpasangan, helai-helai daunnya berbulu, tembus cahaya dan tipis mencolok, pada bagian tengah daun terdapat enam sampai Sembilan pasang tulang yang menyilang, tepi daun bergerigi, rhizomanya berbulu dan sering tampak kotor karena sedimen yang menempel(Den Hartog 1970; Phillips & Menez 1988).
Gambar 11.Halophila decipiens(Ostenfeld)
Klasifikasi :

Kingdom: Plantae
Division    : Spermatophyta
Class        : Liliopsida
Order       : Alismatales
Family      : Hydrocharitaceae
Genus      : Halophila
Species:Halophila decipiens

12.    Thalassodendrom ciliatum
Ujungdaun membulat seperti gigi, tulang daun lebih dari tiga, rhizomanya sangat keras dan berkayu, daun-daunnya berbentuk sabit dimana agak menyempit pada bagian pangkalnya (Den Hartog 1970; Phillips & Menez 1988).
Gambar 12:Thalassodendrom ciliatum(Forsskal) den Hartog


Klasifikasi :

Kingdom: Plantae 
Divisi        : Spermatophyta
Class   : Liliopsida
Order   : Alismatales
Family : Cymodoceaceae 
Genus : Thalassodendron
Spesies :Thalassodendron ciliatum
C.     Asosiasi Makrozoobenthos di Padang Lamun
Padang lamun memiliki keanekaragaman spesies yang cukup tinggi. Salah satu kelompok organisme yang banyak ditemukan di padang lamun adalah kerang–kerangan. Salah satunya dari golongan mollusca seperti Bivalvia dan gastropoda (Nontji, 2002).
Bivalvia memiliki sepasang cangkang. Nama lainnya adalah Lamellibranchia, Pelecypoda, atau Bivalvia (Franc, 1960).
Habitat Bivalvia yaitu pada perairan yang tenang dan subur, keadaan substrat yang halus (pasir berlumpur), arus yang relatif lemah, suhu, cahaya dan oksigen terlarut yang memadai (Hines, 1978).
Besarnya kelimpahan organisme Bivalvia di padang lamun ada keterkaitannya dengan produktivitas primer di padang lamun. Perairan Barrang Lompo memiliki kelimpahan lamun yang cukup sehingga gastropoda dan Bivalvia ditemukan di tempat ini (Rupper dan Barnes, 1994).


III. METODOLOGI PRAKTIK
A.     Waktu dan Tempat
Praktik lapang dilaksanakan pada tanggal 10 november 2012. Bertempat di Pulau Barrang Lompo, Kel. Barrang Lompo, Kec. Ujung Tanah, Kota Makassar.
Sedangkan pada analisis dan perhitungan data dilaksanakan di Jurusan Ilmu Kelautan, Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan, Universitas Hasanuddin.

B.     Alat dan Bahan
Alat yang digunakan adalah Botol sampel, alat tersebut digunakan untuk menyimpan sampel makrozoobenthos, alat tulis menulis berfungsi untuk menulis data, spidol permanen berfungsi untuk menulis nama atau species pada botol, sabak berfungsi untuk menulis data di bawah air, ayakan berfungsi sebagai alat penyaring makrozoobenthos, skop yang berfungsi mengambil mengambil makrozoobentgos yang berada di dalam pasir, dan transek berfungsi untuk mengetahui jumlah kepadatan lamun.
Bahan yang digunakan adalah alkohol yang berfungsi untuk mengawetkan organisme yang telah di dapatkan agar tidak rusak dan membusuk.

C.     Presedur Kerja
Meletakkan transek sesuai lokasi yang telah ditentukan, mengamati jenis lamun dan semua biota yang hidup untuk identifikasi jenisnya, mengambil sedimen sedalam 10 cm, sebanyak tiga kali ulangan, sampel biota yang didapat kemudian dibersihkan, disortir, dan dimasukkan ke dalam botol sampel berlabel, kemudian menjelaskan peran dan fungsi masing-masing biota di ekosistem lamun.


D.     Analisis data
Rumus yang digunakan dalam perhitungan kerapatan dan penutupan lamun adalah ;
1.      Menghitung kerapatan
D = Ni/A
 


Keterangan ;
D : Kerapatan ( ind/400cm )
Ni : Kepadatan ( m )
A : Jumlah total kepadatan ( m )
Tabel skala kerapatan lamun Ambo Rappe ( 2009 ) dalam Musdalifha ( 2011 )
Skala
Kerapatan ( ind/m2 )
Kondisi
1
< 25
Sangat jarang
2
25 – 224
Jarang
3
225 – 424
Agak rapat
4
425 – 624
Rapat
5
< 625
Sangat rapat

2.   

C =(jumlah penutupan)/(jumlah kisi) x100%
Menghitung Penutupan


Keterangan :
C : Penutupan
3.     
D = Ni/A
 Menghitung Kerapatan Makrozoobenthos


IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A.       Hasil
a.        Kerapatan
Grafik 1. Tingkat  Kerapatan  Lamun pada Plot I
Grafik 2. Tingkat  Kerapatan  Lamun pada Plot II

Grafik 3. Tingkat  Kerapatan  Lamun pada Plot III
b.        Penutupan
Grafik 4. Tingkat Penutupan Lamun pada 3 Plot


c.  Kerapatan Makrozoobenthos
Gambar 5. Kerapatan Makrozoobenthos terhadap lamun


B.       Pembahasan
Pada Ulangan pertama terdapat 1 jenis lamun yang ditemukan yaitu Enhalus acoroides. Jenis lamun Enhalus acoroides banyak ditemukan pada transek ulangan pertama dengan jumlah presentase kerapatan pada ekosistem padang lamun di ulanganpertama yang cukup tinggi dikarenakan oleh kemampuan adaptasi jenis lamun Enhalus acoroides yang mampu bertahan terhadap hempasan ombak karena memiliki batang yang sangat besar dan kondisi lingkungan perairan yang sangat memungkinkan lamun untuk tumbuh dan berkembang. Dan ditemukan organisme makrozobenthos berupa cacing jenis annelida.
Adapun luas penutupanpadatransekulanganpertama terlihat pada jumlah kisi yang terisi pada transek.Jumlahkisi yang terisisebanyak 14,5 kisi yangtermasukdidalamnyaEnhalusacroides.
Berdasarkan grafik dan hasil pengamatan pada ulangan transek pertama maka dapat dikatakan bahwa kerapatan lamun pada transek ulangan pertama  adalah sangat jarang
Pada Ulangan kedua  terdapat 2 jenis lamun yang ditemukan yaitu Enhalus acoroides dan Thalassia hemprichi. Jenis lamun yang paling banyak ditemukan pada transek  ulangan kedua adalah jenis lamun Thalassia hemprichii dengan presentasekerapatanpadaekosistempadanglamun di ulangan kedua paling tinggi yang kemungkinan disebabkan oleh kemampuan adaptasi jenis lamun Thalassia hemprichii yang mampu bertahan terhadap hempasan ombak karena memiliki batang yang sangat besar dan kondisi lingkungan perairan yang sangat memungkinkan lamun untuk tumbuh dan berkembang.
 Pada ulangan kedua terdapat 2 makrozoobentos  organisme jenis mollusca yakni Codakia punctata. Jenis makrozoobentos tersebut mampu bertahan hidup dan berkembang di daerah lamun karena disamping kemampuan lamun sebagai tempat perlindungannya, makrozoobentos tersebut juga adalah pemakan tumbuhan (herbivora) sehingga lamun disini berperan sebagai produsen primer bagi makrozoobentos tersebut. dan berhabitat di lingkungan tropis laut dangkal.
 Adapun luas penutupanpadatransekulanganpertama terlihat pada jumlah kisi yang terisi pada transek.Jumlahkisi yang terisisebanyak 19 kisi yangtermasukdidalamnyaEnhalusacroidesdan Thalassia hemprichii.
 Berdasarkan hasil pengamatan pada ulangan transek pertama dimana didapatkan sebanyak  18 tegakan pada transek maka dapat dikatakan bahwa kerapatan lamun pada transek ulangan pertama  adalah cukup padat .
Pada Ulangan ketiga  terdapat 3  jenis lamun yang ditemukan yaitu Enhalus acoroides dan Thalassia hemprichi dan  Cymodocea rotundata. Jumlah jenis lamun yang ditemukan pada transek  ulangan ketiga adalah samadengan presentasekerapatanpadaekosistempadanglamun di ulanganpertama paling tinggi yang kemungkinan terjadi karena pada daerah ulangan ketiga kondisi lingkungannya dimana daerah tersebut tidak memungkinkan lamun untuk tumbuh dan berkembang dengan baik sehingga jumlah tegakan lamun yang di dapatkan pada transek ulangan III begitu sedikit.
 Pada ulangan ketiga terdapat 1 Jenis makrozoobentos yaitu cacing jenis  Sipuncula. makrozoobentos mampu hidup didaerah lamun karena lamun berperan sebagai daerah asuhan.Makrozobentos  yang ditemukan di ulangan III adalah pemakan tumbuhan (herbivora) sehingga lamun berperan sebagai produsen pirimer bagi makrozoobentos.
Adapun luas penutupan pada transek ulangan ketiga terlihat pada jumlah kisi yang terisi pada transek. Jumlah kisi yang terisisebanyak 19 kisi yangtermasukdidalamnyaEnhalusacroidesdan Thalassia hemprichii serta I Cymodocea rotundata.
 Berdasarkan hasil pengamatan pada ulangan transek pertama dimana didapatkan sebanyak 9 tegakan pada transek maka dapat dikatakan bahwa kerapatan lamun pada transek ulangan ketiga adalah sangat jarang .


V.    KESIMPULAN DAN SARAN
A.       Kesimpulan
Kerapatan dan penutupan ekosistem padang lamun mempengaruhi jumlah makrozoobentos yang hidup pada ekosistem padang lamun tersebut.

B.Saran
Saran untuk laboratorium sebaiknya dijaga kebersihannya serta kerapiannya. Saran untuk asisten agar lebih kerja sama dalam asistensi.
Lampiran 1
Kerapatan  Padang Lamun di Pulau Barrang Lompo
KISI
ULANGAN I
ULANGAN II
ULANGAN III
1.     
16 E
5 E
13 T

11 C
2.     
5 E
22 T
3 T
3.     
17 E
18 T
9 E
1 C

4.     
7E
9 T
4 E
5.     
13 E
25 T
9 T
JUMLAH
58
92
37
 Keterangan :
E : Enhalus accoroides
T : Thalassia hemprichii
C : Cymodocea rotundata
· Kepadatan Ulangan I
1.   Enhalus accoroides =   = 11.6
2.   Thalassia hemprichii dan Cymodocea rotundata = 0
· Kepadatan Ulangan II
1.   Enhalus accoroides =  = 1
2.   Thalassia hemprichii =  = 17.4
3.   Cymodocea rotundata = 0
·  Kepadatan Ulangn III
1.   Enhalus accoroides =  = 2.6
2.   Thalassia hemprichii =  = 2.4
3.   Cymodocea rotundata =  = 2.4

Lampiran 2
Penutupan Padang Lamun di Pulau Barrang Lompo
ULANGAN I
ULANGAN II
ULANGAN III
14,5
19
12

· Ulangan I
C =  X 100  = 58 %
· Ulangan II
C =  X 100 % = 76 %
· Ulangan III
C =  X 100 % = 48 %

Lampiran 3
Kerapatan Makrozoobentos
No.
ULANGAN I
ULANGAN II
ULANGAN III
1
2 Bivalvia
1 Annelida
2 Annelida
2
1 Annelida
1 Crustacea

3

1 Gastropoda

JUMLAH
3
3
2

Kerapatan :
Plot 1   = 3 : ! = 3
Plot II   = 3 : 1 =3
Plot III  = 2 : 1 =2
Penutupan
Plot I    = 3 : 25 x 100 % = 12%
Plot II   = 3 : 25 x 100% = 12%
Plot III  = 2 : 25 x 100% = 8%


DAFTAR PUSTAKA
Hartog, C.den. 1970. Seagrass Of The World. North –Holland Publ.Co., Amsterdam Kikuchi dan J.M. Peres. 1997. C
Dahuri, R.J.Rais, S.P. Ginting dan M.J. Sitepu. Zool. Pengelolaan sumber daya wilayah Pesisir dan Lautan Secara Terpadu.Firsted.Pradnya Paramitha Jakarta.
Fairhurst, R.A. and K.A. Graham. 2003. Seagrass bed-sediment characteristics of Manly Lagoon. In: Freshwater Ecology Report 2003. Department of Environmental Sciences, University of Technology, Sydney.
Nontji, A. 1987. Laut Nusantara. Penerbit Djambatan. Jakarta.
Nybakken, J.W. 1988. Biologi Laut: suatu pendekatan ekologis. Alih bahasa H. Muh.Eidman dkk. Penerbit Gramedia. Jakarta.
Terrados, J. and C.M. Duarte. 2003. Southeast Asian Seagrass Ecosystem Under Stress: have we improved?









Tidak ada komentar:

Posting Komentar