Senin, 17 Desember 2012

INDEKS KESERAGAMAN DAN KEANEKARAGAMAN PLANKTON


BAB I
PENDAHULUAN
1.   Latar Belakang
Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki wilayah perairan laut maupun perairan air tawar yang cukup luas. Sebagai negara kepulauan maka Indonesia memiliki daerah pantai dan daerah estuari maupun hutan bakau yang luas untuk dijadikan daerah pertambakan.
Dalam suatu perairan terdapat berbagai macam organisme yang sangat kompleks baik yang berukuran besar maupun yang berukuran kecil (mikroskopik). Adapun organisme yang berukuran kecil ini sangat beraneka ragam. Organisme yang tidak bergerak aktif, melayang dalam perairan dan gerakannya cenderung bervariasi sesuai dengan adaptasi terhadap lingkungan disebut plankton. Sub grup plankton terdiri atas golongan binatang (hewan) yang disebut zooplankton dan tumbuh-tumbuhan disebut fitoplankton.
Sistim pelagik terdiri dari hewan dan tumbuh-tmbuhan yang hidup berenang dan melayang-layang dilautan terbuka. Ini berbeda dengan sistem bentik yang terdiri dari organisme-organisme yang hidup didasar laut.
Plankton tidak saja penting bagi kehidupan ikan baik langsung maupun tidak langsung, akan tetapi penting juga bagi segala jenis hewan yang hidup di dalamnya, baik air payau, tawar maupun air laut. Tanpa plankton khususnya fitoplankton sebagai produksi primer tidak akan mungkin terjadi kehidupan hewan didalam laut dari permukaan sampai kedasarnya.
Dasar ketergantungan zooplankton dan fitoplankton dalam melengkapi bahan-bahan organik menunjukkan suatu hubungan yang kompleks sehingga terbentuk sebuah rantai makanan yang disebut foot web, sifat khas rantai makanan mempunyai pengaruh yang penting dalam menentukan jumlah produksi ikan diberbagai daerah.
Untuk melengkapi dan menambah pengetahuan dalam mempelajari ataupun mengidentifikasi plankton perlu diadakan studi langsung dilapangan untuk mendapatkan data dan sebagai bahan perbandingan dengan teori yang ada untuk menarik suatu kesimpulan yang logis. Oleh karena itu kegiatan penelitian dan pengidentifikasian baik secara langsung maupun tidak langsung perlu dilakukan agar mendapatkan hasil yang maksimal.
2.   Tujuan dan Kegunaan
Praktik lapang ini bertujuan untuk mengetahui kelimpahan dan jenis zooplankton dan fitoplankton di kawasan Pantai losari.
Kegunaan praktek lapang ini adalah untuk memahami cara perhitungan kelimpahan plankton. Diharapkan pula mahasiswa memahami jenis –jenis fitoplankton dan zooplankton yang ditemukan didaerah kawasan Pantai losari yang dapat diambil dengan menggunakan plankton net.













BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1.   Plankton
Istilah plankton pertama kali diperkenalkan oleh Victor Hensen pada tahun 1887, yang berarti pengembara. Plankton merupakan sekelompok biota di dalam ekosistem akuatik (baik tumbuhan maupun hewan) yang hidup mengapung secara pasif, sehingga sangat dipengaruhi oleh arus yang lemah sekalipun (Arinardi, 1997).
Menurut Hutabarat dan Evans (1985), plankton adalah suatu organisme yang terpenting dalam ekologi laut. Kemudian dikatakan bahwa bahwa plankton merupakan salah satu organisme yang berukuran kecil dimana hidupnya terombang-ambing oleh arus perairan laut.
Menurut Nontji (2005), plankton adalah organisme yang hidupnya melayang atau mengambang di dalam air. Kemampuan geraknya, kalaupun ada, sangat terbatas hingga organisme tersebut terbawa oleh arus namun, mempunyai peranan penting dalam ekosistem laut, karena plankton menjadi bahan makanan bagi berbagai jenis hewan laut lainnya. Selain itu hampir semua hewan laut memulai kehidupannya sebagai plankton terutama pada tahap masih berupa telur dan larva.
Plankton dapat dibagi menjadi dua golongan yaitu : fitoplakton dan zooplankton. Berdasarkan siklus hidupnya plankton dapat dibagi menjadi dua yaitu holoplankton dan meroplankton (Nybakken, 1988).
a.   Holoplankton
Menurut Nyabekken (1988), menyatakan bahwa holoplankton adalah plankton yang selama daur hidupnya tetap sebagai plankton (plankton sejati) seperti Capepoda. Kelompok plankton tetap adalah yang sepanjang hidupnya dilaluinya sebagai plankton.Contoh dari jenis ini adalah chaetognatha dan cepepoda, jika larva suatu organisme berasal dari induknya yaitu plankton maka jika larva yaitu bermetamorfosis menjadi organisme dewasa maka organisme tersebut akan tetap menjadi sebagai plankton.
b.  Meroplankton
Meroplankton adalah hewan yang hidup sebagai plankton untuk sementara saja, yang merupakan fase awal dari daur (siklus) hidupnya . Meroplankton umumnya berupa telur hingga larva yang hidup melayang atau mengembang diatas laut . Memasuki tahap dewasa ia berubah secara bertahap menjadi nekton yang bisa berenang bebas , atau sebagai bentos yang hidup menancap , melekat , atau menetap di dasar laut . Sebagian besar hewan laut yang kita kenal seperti ikan , udang , kepiting , kerang , cumi - cumi , teripang , karang batu memulai daur hidupnya sebagai meroplankton. Karena itu meroplankton ini sangat tinggi keberagamannya (Nurmanali, 2011).
c.   Fitoplankton
Fitoplankton adalah komponen autotrof plankton. Autotrof adalah organisme yang mampu menyediakan/mensintesis makanan sendiri yang berupa bahan organik dari bahan anorganik dengan bantuan energi seperti matahari dan kimia. Komponen autotrof berfungsi sebagai produsen (Wikipedia, 2011).
Nama fitoplankton diambil dari istilah Yunani, phyton atau "tanaman" dan planktos, yang berarti "pengembara" atau "penghanyut". Sebagian besar fitoplankton berukuran terlalu kecil untuk dapat dilihat dengan mata telanjang. Akan tetapi, ketika berada dalam jumlah yang besar, mereka dapat tampak sebagai warna hijau di air karena mereka mengandung klorofil dalam sel-selnya (walaupun warna sebenarnya dapat bervariasi untuk setiap spesies fitoplankton karena kandungan klorofil yang berbeda beda atau memiliki tambahan pigmen seperti phycobiliprotein) (Wikipedia, 2011).
d.  Zooplankton
Berlawanan dengan fitoplankton, zooplankton yang merupakan anggota plankton yang bersifat hewani, sangat beraneka ragam dan terdiri dari bermacam larva dan bentuk dewasa yang mewakili hampir seluruh filum hewan. Namun demikian dari sudut ekologi, hanya satu golongan dari zooplankton yang sangat penting artinya, yaitu subklas copepoda (klas Crustaceae, filum Arthropoda). Kopepoda adalah crustace haloplanktonik yang berukuran kecil yang mendominasi zooplankton disemua samudra dan laut. Hewan kecil ini sangat penting artinya bagi ekonomi ekosistem-ekosistem bahari karena merupakan herbivora primer dalam laut. Dengan demikian, copepoda berperan sebagai mata rantai yang amat penting antara produksi primer  fitoplankton dengan karnivora besar dan kecil (Nyabakken, 1988).
Ukurannya yang paling umum berkisar 0.2 - 2 mm , tetapi ada juga yang berukuran besar misalnya ubur - ubur yang bisa berukuran sampai lebih satu meter . Zooplankton dapat dijumpai dari perairan pantai , dan perairan tropis hingga ke perairan kutub (Nurmanali, 2011).
II.   Kondisi Lingkungan
a.   Suhu
Plankton dari jenis fitoplankton hanya dapat hidup dengan baik di tempat-tempat yang mempunyai sinar matahari yang cukup. Akibatnya penyebaran fitoplankton besar pada lapisan permukaan laut saja. Keadaan yang demikian memungkinkan untuk terjadinya proses fotosintesis. Sejak sinar matahari yang diserap oleh lapisan permukaan laut, maka lapisan ini relatif panas sampai ke kedalaman 200 m (Hutabarat dan Evans, 1985).

b.  Salinitas
Menurut Nontji (2005), menyatakan bahwa meskipun salinitas mempengaruhi produktivitas individu fitoplankton namun peranannya tidak begitu besar, tetapi di perairan pantai peranan salinitas mungkin lebih menentukan terjadinya suksesi jenis pada produktivitas secara keseluruhan. Karena salinitas bersama-sama dengan suhu menentukan densitas air, maka salinitas ikut pula mempengaruhi pengambangan dan penenggelaman fitoplankton.



BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

1.   Waktu dan Tempat

Praktikum planktonologi ini dilaksanakan hari Sabtu 3 November 2012,dari jam 08.00 sampai 12.00 WITA bertempat di Anjungan Pantai Losari, dan dilakukan 3 kali pengambilan sampel. Sedangkan kegiatan mengidentifikasi dilaksanakan pada hari Selasa 11 Desember 2012 dimulai pada pukul 12.00 WITA sampai 13.00 WITA, bertempat di Laboratorium Biologi Laut,Jurusan Ilmu Kelautan Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan Universitas Hassanuddin,Makassar.

2.   Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam praktik lapang ini yaitu
1.    Planktonet yang berfungsi untuk menangkap plankton
2.    Tali rafia sepanjang 5 meter yang berfungsi sebagai pengikat planktonet,
3.    Botol sampel sebanyak 3 buah ukuran 100 ml berfungsi untuk menempatkan sampel plankton
4.    label berfungsi untuk menuliskan keterangan pada botol sampel,
5.    Alat tulis-menulis yang berfungsi membantu dalam penulisan data
6.    Sedgewick-Rafter Counting Cell 1mL sebagai tempat menaruh sampel
7.    Mikroskop yang berfungsi untuk melihat plankton dengan perbesaran tertentu
8.    Salinometer berfungsi untuk mengukur tingkat salinitas air laut
9.    Thermometer yang berfungsi untuk mengukur suhu air laut,
10.  Pipet tetes berfungsi untuk meneteskan sampel air ke dalam Sedgewick-Rafter Counting Cell
11.  Tissue yang berfungsi untuk mengelap kaca preparat Sedgewick-Rafter Counting Cell.
Adapun bahan yang digunakan dalam praktik lapang ini adalah :
1.    Lugol dan alkohol yang berfungsi untuk menetralkan dan mengawetkan   plankton-plankton yang ada di botol sampel.s
2.    Air tawar

3.    Metode kerja

a.   Lapangan
Pertama-tama tiap kelompok menyiapkan semua alat dan bahan yang akan digunakan dalam pengambilan sampel di lapangan. Kemudian ikatkan tali rafia pada ujung atas planktonet. Lalu turunkan plantonet ke air laut secara perlahan. Setelah botol planktonet terisi, tarik tali rafia kembali ke atas. Lalu masukkan sampel air ke dalam botol sampel. Setelah itu ukur suhunya menggunakan thermometer dan ukur salinitasnya menggunakan salinometer. Teteskan pula 5 tetes lugol ke dalam salah satu botol sampel. Tempelkan label pada botol sampel sebagai penanda bahwa botol tersebut adalah sampel pertama dari planktonet. Praktikan melakukan pengambilan sampel selama 3 kali. Setelah melakukan kegiatan yang sama selama tiga kali, botol sampel dan ketiga diteteesi dengan alkohol sebanyak 1 tetes.
b.  Laboratorium
Pertama-tama praktikan menyiapkan semua alat dan bahan yang diperlukan untuk melakukan identifikasi plankton. Lalu siapkan mikroskop yang ada di laboratorium. Setelah itu siapkan Sedgewick-Rafter Counting Cell. Dengan menggunakan tissue, lap kaca preparatnya hingga bersih. Lalu, pasang Sedgewick-Rafter Counting Cell di meja preparat, atur hingga sesuai dengan ukuran Sedgewick-Rafter Counting Cell. Setelah itu miringkan kaca preparat yang ada di atas Sedgewick-Rafter Counting Cell (sehingga ada celah untuk meneteskan air sampel). Dengan menggunakan pipet tetes, ambil sampel air yang dalam botol sampel I (pertama). Goyang-goyangkan pipet tetes dalam botol sampel secara perlahan. Teteskan sampel air secara perlahan ke dalam Sedgewick-Rafter Counting Cell hingga penuh. Tutup kaca preparat dan atur kembali fleksibilitas meja preparat tidak renggang. Mulai amati sampel menggunakan mikroskop. Catat hasilnya dalam lembar kerja. Lakukan hal yang sama untuk botol selanjutnya.
c.   Perhitungan Jumlah Plankton
Analisa data untuk magnifikasi rendah melalui proses sebagai berikut:
1.   Mengisi Sedgwick-Rafter (S-R)
Letakkan deg-glass secara diagonal melintang dari S-R dan masukkan sampel dengan pipet. Hal ini untuk menghindari adanya gelembung. Dek-glass diputar berlhan hingga S-R penuh dengan air sampel. Pengisian air sampel tidak boleh melebihi 1 mm karena dapat menyebabkan perhitungan yang tidak tepat.
2.   Menghitung Alur (Strip)
Alur  dari  S-R  merupakan  susunan  volume  air  sampel  dengan panjang  50 mm, tinggi 1 mm, dan lebar 2 mm. Jumlah dari alur yang dihitung adalah ketelitian dan nilai perhitungan organisme per alur.
Adapun perhitungan plankton pada S-R sebagai berikut:
Jumlah Organisme / mL    =   C x 1000 mm3
                                            L x Dx W x S
Dimana:
C         =  Jumlah organisme yang ditemukan
L          =  Panjang alur (S-R) mm
D         =  Tinggi alur (S-R) mm
W         =  Lebar alur (S-R) mm
S        =  Jumlah alur yang dihitung
Untuk menghitung kelimpahan plankton, maka digunakan rumus Michel (1994) sebagai petunjuk pengolahan data.
n   =   (a x 1000 ) x c  plankton / liter
                                                       l
Dimana:
n          = Kelimpahan plankton (jumlah plankton/L)
a          = Jumlah rata-rata plankton dalam 1 mL
c          = mL plankton pekat volume air tersaring
l           = Volume sampel air tersaring

3. Perhitungan Indeks Keragaman
Untuk menghitung keanekaragaman, maka digunakan Shannon Indeks diversity sebagai petunjuk pengolahan data.

H’ =   - S ( ni )  ln ( ni )
               N          N
Dimana:
S          = Jumlah seluruh spesies
ni         = Jumlah individu/spesies
N         = Jumlah Individu keseluruhan


Untuk menghitung keseragaman, digunakan Evennes Indeks sebagai petunjuk pengolahan data.
Dimana:
S                      =  Jumlah seluruh spesies
H max             =  Keanekaragaman maksimum
E                      =  Indeks keseragaman

4. Analisis Data

Kelimpahan plankton dikelompokkan menurut ulangan yang dilakukan dan disajikan dengan tabel berdasarkan waktu pengambilan sampel. Pengujian komposisi jenis dan kelimpahan plankton dianalisis dengan manual dengan bantuan peralatan tertentu sebagai media analisis. Sedangkan hubungan kelimpahan plankton dengan parameter lingkungan dianalisis dengan analisis regerensi berganda.




BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A.   Hasil

            Tabel 1. Hasil Kelimpahan Plankton/L

NO.
ORGANISME
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
PLANKTON










1
Biddulphia sp
4
2
0
0
0
4
2
0
0
0
2
Cascinodiscus sp
4
0
0
0
0
4
0
0
0
0
3
Leptocylindricus sp
12
2
4
6
2
12
2
4
6
2
4
Thalassionema sp
0
2
0
0
0
0
2
0
0
0
5
Rhizosolenia sp
0
0
2
2
0
0
0
2
2
0
6
Pleurosigma sp
2
0
0
0
0
2
0
0
0
0
N =
22
6
6
8
2
22
6
6
8
2
Tabel 2. Hasil Indeks Keanekaragaman, Keseragaman, Suhu dan Salinitas.

Indeks
Ulangan
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Rata-rata
Keanekaragaman
1,166
1,0985
0,6369
0,562
0
1,166
1,099
0,6369
0,5623
0
0,7698
Keseragaman
0,377
0,6131
0,3554
0,27
0
0,377
0,613
0,3554
0,2704
0
0,3592
Suhu
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30

Salinitas
27
27
27
27
27
27
27
27
27
27


B.   Pembahasan
            Dari hasil pengamatan pada setiap ulangan nilai kelimpahan yang tertinggi yaitu pada ulangan 1 dan 6. Sebesar 22 L dengan nilai yang sama, sedangkan kelimpahan plankton yang terkecil pada setiap  ulangan  yaitu pada ulangan 5 dan 10 sebesar 2 L  dengan nilai kelimpahan yang sama.
            Indeks keanekaragaman (H) merupakan keanekaragaman spesies dari fitoplankton dan zooplankton yang menghuni suatu komunitas, dimana nilai keanekaragaman erat kaitannya dengan sedikit banyaknya jumlah spesies yang ada dalam komunitas tersebut. Dari hasil pengamatan diperoleh data indeks keanekaragaman plankton dengan nilai yang paling tertinggi yaitu pada ulangan 1 dan 6 sebesar 1,166 sedangkan nilai keanekaragaman plankton yang terkecil terdapat pada ulangan 4 dan 5. Dimana masing-masing stasiun masih dikategorikan dalam stabilitas komunitas plankton sedang atau kualitas air tercemar sedang. Sesuai dengan pernyataan Maheswara (2003), mengenai kriteria indeks keanekaragaman (H) yaitu :
H’<1    = Komunitas biota tidak stabil atau kualitas air tercemar berat
1<H’<3            = Stabilitas komunitas biota sedang atau kualitas air tercemar sedang
H’>3    =   Stabilitas komunitas biota dalam kondisi stabil (prima) atau kualitas air bersih
            Dari hasil pengamatan diperoleh data indeks keseragaman plakton yaitu dengan rata-rata 0,3592. Indeks keseragaman menunjukkan pola sebaran plankton yaitu merata atau tidak. Jika nilai indeks keseragaman ralatif tinggi maka keberadaan setiap jenis biota di perairan dalam kondisi merata (ferianti, 2007).


Nilai indeks bekisar antara 0 – 1
e = 0, keseragaman antara spesies rendah, artinya kekayaan individu yang dimiliki masing-masing spesies sangat jauh berbeda.
e = 1, keseragaman antar spesies relatif merata atau relatif sama..
Dari hasil pengamatan yang diperoleh menunjukan suhu air pada setiap ulangan yaitu 30ºC. Hal ini menandakan bahwa suhu perairan cukup memungkinkan bagi pertumbuhan plankton untuk bertahan hidup. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Nyabekken (1992), bahwa suhu yang baik untuk kehidupan plankton secara umumberkisar antara 200C – 300C
Dari hasil pengamatan menunjukkan salinitas tiap ulangan sama yaitu 27 ppt. Nontji (1984) menyatakan bahwa meskipun salinitas mempengaruhi produktivitas individu fitoplankton namun peranannya tidak begitu besar, tetapi di perairan pantai peranan salinitas mungkin lebih menentukan terjadinya suksesi jenis pada produktivitas secara keseluruhan. Karena salinitas bersama-sama dengan suhu menentukan densitas air, maka salinitas ikut pula mempengaruhi pengambangan dan penenggelaman fitoplankton.



BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A.   Simpulan

            Kesimpulan dari praktikum Planktonologi Laut adalah sebaga berikut :
1.    Nilai kelimpahan yang tertinggi yaitu pada ulangan 1 dan 6. Sebesar 22 L dengan nilai yang sama, sedangkan kelimpahan plankton yang terkecil pada setiap  ulangan  yaitu pada ulangan 5 dan 10 sebesar 2 L  dengan nilai kelimpahan yang sama
2.    Nilai indeks keanekaragaman  yang paling tertinggi yaitu pada ulangan 1 dan 6 sebesar 1,166 sedangkan nilai keanekaragaman plankton yang terkecil terdapat pada ulangan 4 dan 5.. Dimana masing-masing ulangan masih dikategorikan dalam stabilitas komunitas plankton sedang atau kualitas air tercemar sedang.
3.    Dari hasil pengamatan diperoleh data indeks keseragaman plakton yaitu dengan rata-rata 0,3592
4.    Dari hasil pengamatan yang diperoleh menunjukan suhu dan salinitas pada setiap ulangan  yaitu 30ºC dan 27 ppt.

B.   Saran

            Sebaiknya pada praktikum selanjutnya masing-masig kelompok didampingi oleh asisten dan alat yang disediakan lebih lengkap agar praktik bisa berjalan dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA
Arinardi, O. H. 1997. Status Pengetahuan Plankton di Indonesia. Oseanologi dan Limnologi di Indonesia. Puslitbang-LIPI. Jakarta.
Hutabarat, S. dan S.M, Evans, 1985. Pengantar Oseanografi. Universitas Indonesia Press Jakarta.
Nontji, Anugrah. 2005. Laut Nusantara Djambatan. Jakarta.
Nybakken, J. W. 1988. Biologi Laut Suatu Pendekatan Ekologi. Gramedia . Jakarta
Wikipedia. 2011. http://id.wikipedia.org/wiki/Fitoplankton. diakses pada tanggal 23 Oktober 2011. Makassar.

Nurmanali. 2011. http://nurmanali.blogspot.com/2011/11/meroplankton-dan-zooplankton.html. diakses pada tanggal 23 Oktober 2011. Makassar




LAMPIRAN
Lampiran 1
A.    DATA IDENTIFIKASI PLANKTON
NO.
ORGANISME
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
PLANKTON
1
Biddulphia sp
2
1
2
1
2
Cascinodiscus sp
2
2
3
Leptocylindricus sp
6
1
2
3
1
6
1
2
3
1
4
Thalassionema sp
1
1
5
Rhizosolenia sp
1
1
1
1
6
Pleurosigma sp
1
1



Lampiran 2

1.    Kelimpahan dalam 1 mL

NO.
ORGANISME
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
PLANKTON










1
Biddulphia sp
0,002
0,001
0
0
0
0,002
0,001
0
0
0
2
Cascinodiscus sp
0,002
0
0
0
0
0,002
0
0
0
0
3
Leptocylindricus sp
0,006
0,001
0,002
0,003
0,001
0,006
0,001
0,002
0,003
0,001
4
Thalassionema sp
0
0,001
0
0
0
0
0,001
0
0
0
5
Rhizosolenia sp
0
0
0,001
0,001
0
0
0
0,001
0,001
0
6
Pleurosigma sp
0,001
0
0
0
0
0,001
0
0
0
0


2.      Kelimpahan Plankton/L


No.
ORGANISME
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
PLANKTON










1
Biddulphia sp
4
2
0
0
0
4
2
0
0
0
2
Cascinodiscus sp
4
0
0
0
0
4
0
0
0
0
3
Leptocylindricus sp
12
2
4
6
2
12
2
4
6
2
4
Thalassionema sp
0
2
0
0
0
0
2
0
0
0
5
Rhizosolenia sp
0
0
2
2
0
0
0
2
2
0
6
Pleurosigma sp
2
0
0
0
0
2
0
0
0
0
N =
22
6
6
8
2
22
6
6
8
2

Lampiran 3
3.      Ni/N
NO.
ORGANISME
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
PLANKTON










1
Biddulphia sp
0,181
0,333
0
0,75
0
0,181
0,333
0,666
0
0
2
Cascinodiscus sp
0,181
0
0
0
0
0,181
0
0
0
0
3
Leptocylindricus sp
0,545
0,333
0,666
0
1
0,545
0,333
0
0,75
1
4
Thalassionema sp
0
0,333
0
0
0
0
0,333
0
0
0
5
Rhizosolenia sp
0
0
0,333
0,25
0
0
0
0,333
0,25
0
6
Pleurosigma sp
0,09
0
0
0
0
0,09
0
0
0
0

Lampiran 4
4.    Ln/N

NO.
ORGANISME
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
PLANKTON










1
Biddulphia sp
-1,709
-1,1
0
-0,29
0
-1,709
-1,1
-0,406
0
0
2
Cascinodiscus sp
-1,709
0
0
0
0
-1,709
0
0
0
0
3
Leptocylindricus sp
-0,607
-1,1
-0,406
0
0
-0,607
-1,1
0
-0,288
0
4
Thalassionema sp
0
-1,1
0
0
0
0
-1,1
0
0
0
5
Rhizosolenia sp
0
0
-1,1
-1,39
0
0
0
-1,1
-1,386
0
6
Pleurosigma sp
-2,408
0
0
0
0
-2,408
0
0
0
0

5.    H’ Indeks keanekaragaman

NO.
ORGANISME
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
PLANKTON










1
Biddulphia sp
-0,309
-0,366
0
-0,22
0
-0,309
-0,366
-0,271
0
0
2
Cascinodiscus sp
-0,309
0
0
0
0
-0,309
0
0
0
0
3
Leptocylindricus sp
-0,331
-0,366
-0,271
0
0
-0,331
-0,366
0
-0,216
0
4
Thalassionema sp
0
-0,366
0
0
0
0
-0,366
0
0
0
5
Rhizosolenia sp
0
0
-0,366
-0,35
0
0
0
-0,366
-0,347
0
6
Pleurosigma sp
-0,217
0
0
0
0
-0,217
0
0
0
0
-1,166
-1,099
-0,637
-0,56
0
-1,166
-1,099
-0,637
-0,562
0
Keanekaragaman = H' =
1,166
1,0985
0,6369
0,562
0
1,166
1,099
0,6369
0,5623
0
Keseragaman = E =
0,377
0,6131
0,3554
0,27
0
0,377
0,613
0,3554
0,2704
0

1 komentar: