Senin, 24 Desember 2012

RHODOPHYTA


Rhodophyta (Alga Merah)


Alga merah atau Rhodophyta adalah salah satu filum dari alga berdasarkan zat warna atau pigmentasinya. Warna merah pada alga ini disebabkan oleh pigmen fikoeritrin dalam jumlah banyak dibandingkan pigmen klorofilkaroten, dan xantofil.


Alga ini pada umumnya banyak sel (multiseluler) dan makroskopis. Panjangnya antara 10 cm sampai 1 meter dan berbentuk berkas atau lembaran.
Beberapa alga merah memiliki nilai ekonomi sebagai bahan makanan (sebagai pelengkap minuman penyegar ataupun sebagai bahan baku agar-agar). Alga merah sebagai bahan makanan memiliki kandungan serat lunak yang baik bagi kesehatanusus.

Habitat
Sebagian besar alga merah hidup di laut, banyak terdapat di laut tropika. Sebagian kecil hidup di air tawar yang dingin dengan aliran deras dan banyak oksigen. Selain itu ada pula yang hidup di air payau. Alga merah yang banyak ditemukan di laut dalam adalah Gelidium dan Gracilaria, sedang Euchema spinosum menyukai laut dangkal.

Perkembangbiakan
Alga merah berkembangbiak secara vegetatif dan generatif.
a.   Perkembangbiakan vegetatif ganggang merah berlangsung dengan pembentukan spora haploid yang dihasilkan oleh sporangium atau talus ganggang yang diploid. Spora ini selanjutnya tumbuh menjadi ganggang jantan atau betina yang sel-selnya haploid.
b.        Perkembangbiakan generatif ganggang merah dengan oogamipembuahan sel kelamin betina (ovum) oleh sel kelamin jantan (spermatium). Alat perkembangbiakan jantan disebut spermatogonium yang menghasilkanspermatium yang tak berflagel. Sedangkan alat kelamin betina disebutkarpogonium, yang menghasilkan ovum. Hasil pembuahan sel ovum oleh spermatium adalah zigot yang diploid. Selanjutnya, zigot itu akan tumbuh menjadi ganggang baru yang menghasilkan aplanospora dengan pembelahan meiosis. Spora haploid akan tumbuh menjadi ganggang penghasil gamet. Jadi pada ganggang merah terjadi pergiliran keturunan antara sporofit dan gametofit.

Manfaat
Alga merah dapat menyediakan makanan dalam jumlah banyak bagi ikan dan hewanlain yang hidup di laut. Jenis ini juga menjadi bahan makanan bagi manusia misalnyaChondrus crispus (lumut Irlandia) dan beberapa genus PorphyraChondrus crispusdan Gigortina mamilosa menghasilkan karagen yang dimanfaatkan untuk penyamak kulit, bahan pembuat krem, dan obat pencuci rambut. Alga merah lain sepertiGracilaria lichenoidesEuchema spinosumGelidium dan Agardhielladibudidayakan karena menghasilkan bahan serupa gelatin yang dikenal sebagai agar-agarGel ini digunakan oleh para peneliti sebagai medium biakan bakteri dan fase padat pada elektroforesis gel, untuk pengental dalam banyak makanan, perekattekstil, sebagai obat pencahar (laksatif), atau sebagai makanan penutup.

Source: http://id.wikipedia.org/wiki/Rhodophyta

Rhodophyta (algae merah) umumnya warna merah karena adanya protein fikobilin, terutama fikoeritrin, tetapi warnanya bervariasi mulai dari merah ke coklat atau kadang-kadang hijau karena jumlahnya pada setiap pigmen. Dinding sel terdiri dari sellulosa dan gabungan pektik, seperti agar-agar, karaginan dan fursellarin. Hasil makanan cadangannya adalah karbohidrat yang kemerah-merahan. Ada perkapuran di beberapa tempat pada beberapa jenis. Jenis dari divisi ini umumnya makroskopis, filamen, sipon, atau bentuk thallus, beberapa dari mereka bentuknya seperti lumut.

Rhodophyta (ganggang merah) umumnya hidup di laut dan beberapa jenis di air tawar, mengandung pigmen kklorofi a, klorofil d, karoten, fikoeritrin, fikosianin.
Tubuh bersel banyak menyerupai benang atau lembaran. Reproduksi vegetatif dengan spora.

Contoh :
- Batrachospermum
- Gelidium
- Eucheuma
- Gracililaria
- Chondrus
- Porphyra
- Polysiphonia
- Nemalion
-  dll

Peranan ganggang merah :
Eucheuma spinosum, Gracilaris, Gelidium merupakan penghasil agar-agar.
Ganggang merah (Rodophyceae)

Ganggang merah berwarna merah sampai ungu, tetpai ada juga yang lembayung atau pirang atau kemerah – merahan, chromatofora berbentuk cakram atau lemabaran dan mengandung klorofil a, klorofil b dan karoteboid. Akan tetapi, warna lain tertutup oleh warna merah fikoiretrin sebagai pigmen utama yang mengadakan fluoresensi
a. Ciri talus
1. Bentuknya berupa helaian atau berbentuk seperti pohon.
2. Tidak berflagella.
3. Selnya terdiri dari komponen yang berlapis – lapis.
4. Mempunyai pigmen fotosintetik fikobilin, memiliki pirenoid yang terletak didalam koroplas, pirenoid berfungsi untuk menyimpan cadangan makanan atau hasil asimilasi.

b. Cara hidup
Ganggang merah umumnya bersifat autotrof, ada juga yang heterotrof, yaitu yang tidak memiliki kromatofora dan biasanya parasit pada ganggang lain.

c. Habitat
Umumnya hidup di laut yang dalam dari pada tempat hidup ganggang coklat. Hidup diperairan tawar.

d. Reproduksi
Bereproduksi secara seksual dengan pembentukan dua ateridium pada ujung – ujung cabang talus. Arteridium menghasilakn gamet jantang yang berupa spermatium dan betinanya karpogamium terdapat pada ujung cabang lainnya.
Reproduksi aseksual terjadi dengan pembentukan tetraspora kemudian menjadi gametania jantan dan gametania betina, akan membentuk satu karkospofrafit. Karkosporafit akan menghasil tentranspora.
Contoh anggota ganggang merah antara lain: porallina, parmalia, bateracospermum moniniformi, gelidium, gracilaria,eucheuma, dan skinaia furkellata.
e. Peran ganggang merah pada kehidupan.
Manfaatnya antara lain sebagai bahan makanan dan kosmetik.misalnya eucheuma spinosum , selain itu juga dipakai untuk mengeraskan atau memadatkan media pertumbuhan bakteri.
Berwarna merah sampai ungu, kromotofora berbentuk cakram atau sesuatu lembaran, sebagai hasil asimilasi terdapat sejenis karbohidrat yang disebut tepung floride, hidupnya diair laut, da berkembang biak secara aseksual, yaitu dengan pembentuka spora dan seksual atau oogami.
Sebaran alga atau rumput laut diindnesia ada beberapa jenis yaitu rumput laut penghasil agar-agar (agarophyte) diantaranya adalah Gracillaria sp, Gelidium, Gelediupsis, Hypnea, dan rumput laut penghasil keraginan yaitu  spinosum, Euchema catini  dan Eucheuma striatum. Selain itu juga rumput laut penghasil algin yaitu sargasum, Marcocystis, dan lessonia.

Klasifikasi dari alga merah ini sebagai berikut :
Division     : Rhodophycophyta
    Classis     : Rhodophyceae
       Ordo        : Gigartinales
         Family    : Gracilariaceae
           Genus     : Gracilaria
              Species     : Gracilaria  sp


Adapun alga dari devisi ini ditandai oleh sifat-sifat sebagai berikut :
Ø    Dalam reproduksinya tidak mempunyai stadia gamet berbulu cambuk
Ø    Reproduksi seksual denga karpogonia dan spermatia
Ø    Pertumbuhannya bersifat uniaksial (astu sel diujung thallus) dan multikasial (banyak sel diujung thallus).
Ø    Alat perekat (Holdfast) terdiri dari perakan sel tunggal atau sel banyak.
Ø    Memiliki pigmen fikobilin yang terdiri dari fikoeritrin (berwarna merah) dan fikosianin (berwarna biru)
Ø    Bersifat adaptasi kromatik, yaitu memiliki penyesuaian antara proporsi
pigmen dengan berbagai kualitas pencahayaan dan  dapat menimbulkan berbagai warna pada thalli seperti : merah tua, Merah muda, pirang, coklat kuning dan hijau.
Ø    Memilki persediaan makanan berupa kanji (Floridean starch).
Ø    Dalam dinding selnya terdapat selulosa, agar, carragean, porpiran dan fulselaran

Rabu, 19 Desember 2012

MANGROVE

Mangrove merupakan merupakan ekosistem laut tropis, tumbuh di sepanjang pantai atau muara sungai.Adanya pengaruh air laut dan air dari daratan serta dipengaruhi oleh pasang surut. Mangrove merupakan kombinasi antara:
mangue (bahasa Portugis)---tumbuhan
grove (bahasa Inggris)---hutan belukar atau hutan kecil

1. Karakteristik Habitat Hutan Mangrove
• Umumnya tumbuh pada daerah intertidal
• Jenis tanahnya berlumpur, berlempung atau berpasir
• Daerahnya tergenang air laut secara berkala
• Menerima pasokan air tawar yang cukup dari darat
• Terlindung dari gelombang besar dan arus pasang surut yang kuat

• Banyak ditemukan di pantai yang terlindungi, teluk dangkal, estuaria
• Air bersalinitas payau (2‐22 permil) hingga asin (38 permil)

global distribution of coral, mangrove and seagrass diversity

 

2. Distribusi Mangrove
• Terdapat di daerah tropis dan beberapa bagian di sub tropis
• Vegetasi hutan mangrove di indonesia memiliki keanekaragaman jenis yang tinggi
• Di Indonesia terdapat kurang lebih 47 jenis tumbuhan yang spesifik hutan mangrove
• Empat famili yang terdapat pada ekosistem mangrove, yaitu :
    -Rhizophoraceae (Rhizophora, Bruguiera, Ceriops)
    -Sonneratiaceae (Sonneratia)
    -Avecenniaceae (Avicennia)
    -Meliaceae (Xylocarpus)

3. Fungsi dan Manfaat Ekosistem Mangrove
a. Fungsi fisik
• Menjaga garis pantai agar tetap stabil
• Melindungi pantai dari proses erosi
• Menahan tiupan angin kencang dari laut ke darat
• Menahan sedimen
• Sebagai kawasan penyangga rembesan air laut ke darat
b. Fungsi kimia
• Sebagai tempat terjadinya proses daur ulang yang menghasilkan oksigen
• Sebagai penyerap karbondioksida
• Sebagai pengolah bahan‐bahan limbah hasil pencemaran industri dan kapal‐kapal dilautan
c. Fungsi biologi
• merupakan pemasok bahan organik yang berasal dari sejumlah besar daun dan dahan pohon mangrove yang rontok
• Sebagai daerah asuhan (nursery ground), daerah mencari makanan (feeding ground), dan daerah pemijahan (spawning ground)
• sebagai habitat alami bagi berbagai jenis biota darat dan laut
d. Fungsi ekonomi sebagai sumber devisa
• penghasil kayu: untuk kayu bakar, serta kayu untuk bahan bangunan dan perabot rumah tangga
• Penghasil bahan baku industri, misalnya kertas, obat‐obatan
• Penghasil bibit ikan, udang, kerang, kepeting dll
e. Fungsi lain (wanawisata)
• sebagai kawasan wisata alam pantai dengan keindahan vegetasi dan satwa
• sebagai tempat pendidikan, konservasi, dan penelitian

4. Daur Hidup
• Daur hidup vegetasi mangrove memiliki daur hidup yang khusus
• Reproduksi dengan Propagule

Rantai Makanan di Ekosistem Mangrove
Rantai Makanan di Ekosistem Mangrove


5. Zonasi Hutan Mangrove

a. Pembagian kawasan mangrove berdasarkan perbedaan penggenangan:
    - Zona proksimal, yaitu kawasan yang terdekat dengan laut. (R. apiculata, R.mucronata, san S.alba)
    - Zona middle, yaitu zona yang terletak antara laut dan darat.(S.caseolaris, R.alba, B.gymnorrhiza, A.marina, A.officinalis, dan Ceriops tagal)
    - Zona distal, yaitu zona yang terjauh dari laut. (Pongamida, Pandanus, Hibiscus)
b. Pembagian zona berdasarkan jenis vegetasi yang mendominasi dari arah laut ke daratan.
    - Zona Avecennia, terletak pada lapisan paling luar dari hutan mangrove. Pada zona ini tanah agak berpasir dan lumpur berpasir dan berkadar garam tinggi.
    - Zona Rhizophora, terletak dibelakang zona Avecennia dan Sonneratia. Pada zona ini tanah berlumpur lembek dengan kadar garam lebih rendah.
    - Zona Bruguiera, terletak dibelakang zona Rhizophora. Pada zona ini tanah berlumpur agak keras dan perakaran tanaman lebih peka.
    - Zona Nypah, yaitu zona pembatas antara daratan dan lautan, namun zona ini jarang ada bila tidak terdapat air tawar yang mengalir.


Zonasi alami mangrove
Zonasi alami mangrove


6. Adaptasi pohon mangrove

a. Adaptasi Terhadap kadar Oksigen Rendah Pohon mangrove memiliki perakaran yang khas untuk mengambil oksigen dari udara:
    - bertipe cakar ayam yang mempunyai pneumatofora (mis: Avecennia, Xylocarpus, Sonneratia)
    - bertipe penyangga/tongkat yang memiliki lentisel (mis: Rhizophora)
b. Adaptasi Terhadap Tanah yang kurang stabil dan adanya pasang surut
    - Mengembangkan struktur akar yang sangat ekstensif dan membentuk jaringan horizontal yang lebar sehingga memperkokoh pohon.
c. Adaptasi terhadap kadar garam tinggi
    - Beberapa jenis bakau menghindari banyaknya garam dengan cara menyaring melalui bagian akarnya. Beberapa spesies dapat menyaring sampai 90% kadar garam air laut. (Rhizophora, Ceriops, Bruguiera) termasuk spesies penyaring garam (salt‐excluders.)
    - Secepatnya mengeluarkan garam yang masuk ke dalam sistem pepohonan melalui pori2 daun. (Avicennia, Sonneratia and Acanthus).


Avicennia, Sonneratia and Acanthus
Kristal garam yang dikeluarkan melalui pori daun
    - Menumpuk kelebihan garam pada kulit batang pohon dan daun tua yang akan terlepas dan jatuh dari pohon tersebut. (Avicennia, Sonneratia dan Ceriops)
    - Berdaun kuat dan mengandung banyak air
    - Mempunyai banyak jaringan internal penyimpan air dan kosentrasi garam tinggi

7. Sistem Perakaran pada pohon Mangrove
Fungsi Akar: menunjang pohon berdiri, untuk mendapat oksigen dan bahan nutrien yang penting, memperkokoh berdirinya pohon.
Macam‐macam jenis akar
1. Akar tongkat atau penyangga, yang akarnya berbentuk strutur jaringan kabel melebar (stilt atau prop roots). Akar ini mencuat dari batang bercabang‐cabang ke bawah permukaan lumpur dan menggantung Contoh: Rhizophora sp

Akar tongkat atau penyangga (Rhizophora sp)
Akar tongkat atau penyangga (Rhizophora sp)

2. Akar papan, yang akarnya tebal, posisinya tegak atau pipih (buttress roots). Contoh: Ceriops sp, Xylocarpus sp.

buttress roots
Akar Papan

3. Akar lutut, akar yang tumbuh mendatar dan bergelombang diatas dan dibawah permukaan air. Akar nya mencuat ke atas permukaan tanah dan kemudian masuk kembali menancap ke tanah (knee roots). Contoh: Bruguiera sp

Akar lutut
Akar Lutut

4. Akar cakar ayam/alar pasak, akar yang tumbuh berpencar dengan anak akar muncul dipermukaan air seperti tombak yang diberdirikan yang mencuat dari bawah ke atas. disebut juga sebagai snorkel roots karena bentuknya yang seperti pipa snorkel. Contoh: Avicennia sp, Sonneratia sp


akar cakar ayam,Avicennia sp, Sonneratia sp
Akar cakar ayam


8. Fauna Mangrove
Fauna yang terdapat di ekosistem mangrove terdiri:
a. Fauna terestrial kebanyakan hidup di pohon mangrove contoh: insekta, ular, primata, burung
b. Fauna perairan
    - yang hidup di kolom air; ikan dan udang
    - yang menempati substrat keras /lunak; kepiting, kerang
Klasifikasi fauna pada hutan mangrove berdasarkan habitat Berry (1972):
- Epifauna (surface fauna), adalah fauna yang hidup di atas permukaan tanah
- Infauna, adalah fauna yang hidup di bawah permukaan tanah
Klasifikasi fauna mangrove (Tee, 1982):
a. Kelompok mobile seperti Gastropoda, Krustasea, dan Polychaeta.
b. Kelompok sessile seperti jenis Bivalvia

9. Pola penyebaran fauna mangrove secara berkelompok berdasarkan salinitas Menurut Plaziat (1984):

a. Fauna yang berada di zona mangrove bagian depan atau di dekat laut
    - mampu beradaptasi terhadap perubahan salinitas
b. Fauna yang berada di zona mangrove bagian tengah (payau)
    - dipengaruhi oleh fluktuasi salinitas
c. Fauna yang berada di zona mangrove di belakang/bagian dalam
    - beradaptasi terhadap fluktuasi salinitas yang rendah


Diagram ilustrasi penyebaran fauna di habitat ekosistem mangrove
Diagram ilustrasi penyebaran fauna di habitat ekosistem mangrove


10. Fauna sebagai SD perairan yang sering ditemukan di ekosistem mangrove:
a.Ikan
•Ikan penetap sejati yaitu ikan yang seluruh siklus hidupnya dijalankan di daerah hutan mangrove
contoh: ikan Blodok (Periopthalmus sp).
adaptasi: sistem pernapasan; kantung bervaskularisasi didalam rongga mulut
dan ruangan‐ ruangan insang
•Ikan penetap sementara yaitu ikan yang berasosiasi dengan hutan mangrove selama periode anakan, tetapi saat dewasa cenderung menggerombol di sepanjang pantai yang berdekatan dengan hutan mangrove
contoh: ikan belanak, ikan Kuweh (Carangidae), dan ikan Kapasan
•Ikan pengunjung pada periode pasang yaitu ikan yang berkunjung ke hutan mangrovepada saat air pasang untuk mencari makan
contoh: Krot, ikan Barakuda, Alu‐alu

TERUMBU KARANG





Apakah terumbu karang?

Terumbu Karang adalah bangunan ribuan karang yang menjadi tempat hidup berbagai ikan dan makhluk laut lainnya. Bayangkanlah terumbu karang sebagai sebuah kota yang sangat sibuk, bangunannya terdiri dari karang-karang, dengan ikan-ikan dan makhluk laut sebagai penghuninya.



Apakah karang itu?

Karang yang hidup di laut, tampak terlihat seperti batuan atau tanaman. Tetapi mereka sebenarnya adalah sekumpulan hewan-hewan kecil yang dinamakan polip. Ada dua macam karang, yaitu karang batu (hard corals) dan karang lunak (soft corals). Karang batu merupakan karang pembentuk terumbu karena tubuhnya yang keras seperti batu. Kerangkanya terbuat dari kalsium karbonat atau zat kapur. Karang baru bekerja sama dengan alga yang disebut zooxanthellae. Karang batu hanya hidup di perairan dangkal dimana sinar matahari masih didapatkan. Karang lunak bentuknya seperti tanaman dan tidak bekerja sama dengan alga. Karang lunak dapat hidup baik di perairan dangkal maupun di perairan dalam yang gelap.



Apakah polip itu?

Polip karang bentuknya seperti sebuah karung dan memiliki tangan-tangan yang dinamakan tentakel. Polip menyerap kalsium karbonat dari air laut untuk membangun rangka luar zat kapur yang dapat melindungi tubuh polip yang sangat lembut.



Cara makan karang

Pada tentakel polip terdapat racun yang digunakan untuk menangkap berbagai jenis hewan dan tumbuhan laut yang sangat kecil atau disebut plankton sebagai makanan tambahannya. Tentakel karang terbuka pada malam hari dan digunakan untuk menangkap plankton yang melayang-layang terbawa arus. Karang batu mendapatkan makanan dari zooxanthellae.


Apakah zooxanthellae itu ?

Zooxanthellae adalah alga ber-sel satu yang hidup di dalam jaringan tubuh karang batu. Zooxanthelae dan karang memiliki hubungan simbiosis yang saling menguntungkan. Zooxanthellae menyediakan makanan untuk polip karang melalui proses memasak yang disebut fotosintesis, sedangkan polip karang menyediakan tempat tinggal yang aman dan terlindung untuk zooxanthellae




Bagaimana karang berkembang biak ?

Karang berkembang baik secara sexual dan asexual. Sexual reproduction terjadi saat sel telur dan sperma dikeluarkan oleh karang ke kolom perairan. Sel telur dan sperma dari jenis yang sama kemudian bergabung menghasilkan larva planula. Planula akan tumbuh sebagai polip karang. Asexual reproduction terjadi saat planula tumbuh menjadi polip karang kemudian membelah memperbanyak diri.





Berapa lama waktu yang dibutuhkan karang untuk tumbuh?

Selama satu tahun rata-rata karang hanya dapat menghasilkan batu karang setinggi 1 cm saja. Jadi selama 100 tahun karang batu itu hanya tumbuh 100 cm. Kalau begitu, jika karang yang tingginya 5 meter dirusak, diperlukan 500 tahun agar kembali seperti semula. Bayangkan….betapa lamanya !!!


Kalau begitu, berapa umur sebuah Terumbu Karang ?

Terumbu karang termasuk ekosistem yang paling tua di bumi ini. Tahap pertama evolusi terumbu karang terjadi kira-kira 500 juta tahun yang lalu. Terumbu karang modern ada sejak lebih dari 50 juta tahun yang lalu. Waktu yang dibutuhkan terumbu karang untuk tumbuh adalah antara 5000 sampai 10.000 tahun . Jadi terumbu yang kita lihat sekarang ini telah berumur lebih dari 10.000!


Mengapa terumbu karang sangat penting artinya?

Terumbu karang memberikan manfaat yang luar biasa kepada bumi dan seisinya. Manfaat terumbu karang bagi manusia adalah:
Pelindung pantai dari hempasan ombak.
Tempat asuhan dan berkembang biak bagi ikan, dan m enyediakan makanan, tempat tinggal, dan perlindungan bagi makhluk laut
Menyediakan sumber protein bagi masyarakat
Menyediakan lapangan kerja melalui perikanan dan pariwisata
Sebagai salah satu sumber obat-obatan untuk berbagai macam penyakit.



Hal-hal apa saja yang dapat merusak terumbu karang?
Terumbu karang adalah ekosistem yang rentan dan mudah rusak. Terumbu karang dapat rusak oleh beberapa proses antara lain: pengendapan, pencemaran, penagkapan ikan yang merusak, sampah, gempa, bintang laut pemangsa karang yang disebut bulu seribu.



Bulu seribu sedang memangsa karang , (c) Wolcott Henry 2001



ALGA KRISTAL


Algae kristal jepang merupakan salah satu jawaban bagi yang berkeinginan memiliki badan yang sehat dan berumur panjang sekaligus penghasilan tambahan. Algae kristal jepang ini hidup dan tumbuh di laut hitam daerah kaukasus, sebagai penghasil O2, besar sekali manfaat yg bisa kita peroleh dari ganggang ini. Penduduk di Kaukasus mengetahui keampuhan dari Algae Kristal ini dan sudah meminum airnya dari masa kanak-kanak, maka dari itu di tempat ini mereka dapat berumur panjang, bisa mencapai umur 110 tahun.Di sini adalah satu-satunya tempat di dunia di mana penduduknya bisa mencapai usia lanjut dengan tubuh yang benar-benar sehat ( menurut nara sumber tak dikenal, di Toscana / Italia juga ada satu daerah yang penduduknya dikenal hidup sehat sampai uzur ).





  • Manfaat / Khasiat /Kegunaan dari Alga ini adalah :

    Menurut peneliti Prof. Merile, yang sepanjang hidupnya meriset tentang Algae ini, bahwa di daerah yang disebut di atas tidak dikenal penyakit seperti TBC, Kanker, sakit maag dll. Di Jerman Dr. Dressen sudah menangani Algae-algae jenis ini sejak Perang Dunia I. Algae-algae ini dapat menyembuhkan asma, masalah-masalah pernafasan, penyakit liver, gangguan empedu, penyakit kantung kemih dan sebagian besar penyakit-penyakit parah.
    Khasiat lain :
    Penyakit syaraf, benjolan-benjolan di dalam tubuh, bronchitis, saemtlichen sideroblasten (keime, bahasa jerman), serangan jantung, empedu, liver, infeksi ginjal, sakit kuning, penyakit usus, buang air besar, susah BAB, kurang darah, penyakit luar & eksim. Yang terpenting Algae menghilangkan kebusukan-kebusukan dalam usus, bisa menyembuhkannya dan itu membuat orang bisa sehat dan panjang umur. Jika perawatan penyembuhan sudah selesai, kristal algae ini tetap dipelihara seperti ditulis di bawah. Jika sudah tidak mau diminum, airnya dibuang saja atau digunakan untuk mencuci muka.

    Cara Penggunaannya
    1. Syaraf : 1 liter/hari
    2. Abcess dalam maag : 1 liter/hari ( abcess dalam maag hilang dalam 2 minggu )
    3. Ashma dan bronchitis : 1 liter/hari ( untuk ashma butuh waktu agak lama )
    4. Kurang darah/masalah sel-sel darah :1 liter/hari ( 2 liter untuk yang sudah parah )
    5. Masalah kulit / eksim : 1 liter/hari ( oleskan langsung algae-nya lalu keringkan, muka dan tangan dicuci dengan air. Dalam waktu 1-2 minggu eksim sembuh. Juga untuk yang sudah parah.
    6. Jika diminum tiap hari sebanyak 1 liter maka dapat menormalkan tekanan darah tinggi.
    7. Kemungkinan dipergunakan juga untuk penyakit syaraf, benjolan-benjolan di dalam tubuh, bronchitis, samtlichen sideroblasten ( kelme ), serangan jantung, empedu, lever, infeksi ginjal, sakit kuning, penyakit usus, buang-buang air, susah BAB, kurang darah, penyakit luar dan eksim

Nah banyak kan manfaatnya, sekarang pertanyaannya adalah "Bagaimana cara mendapatkan air fermentasinya?" ya kan?hhehe. 
 Algae ini dapat dikembang biakkan dengan mudah dan cepat, penempatannya juga tidak sulit. bisa ditempatkan di wadah plastik, keramik atau yang lain. Hanya saja jangan mengembang biakkan nya di wadah logam karena dikhawatirkan akan tercampur zat yang terkandung dalam logam yang dapat merusak khasiatnya. Nah ini dia tutorial untuk mengembangbiakkannya :
  1. Letakkan sekitar 3 sendok teh Algae Kristal dalam wadah ember plastik atau sejenisnya. Kemudian beri 1 Liter air bersih/air minum (tidak mengandung belerang/sulfur), 2 sendok teh gula pasir dan 7 buah kismis kering yang telah dicuci bersih, diamkan semalam.
  2. Keesokan harinya tuang air rendaman itu kedalam botol plastik / gelas. Saring dengan saringan plastik agar Algae Kristalnya terjaring. Cuci kembali algae kristal tersebut dengan air minum dan masukkan lagi kedalam wadahnya yang sudah dicuci bersih.
  3. Beri lagi 2 sendok teh gula pasir dengan 7 kismis sisa yang kemarin. Tambahkan 1 Liter air minum yang baru, lalu simpan lagi . . . begitu seterusnya. Saran : Untuk hasil yang terbaik ketika mengganti air, masukkan juga beberapa tetes air yang sudah siap untuk diminum.
  4. Air yang sudah dituang dalam botol/gelas siap diminum sebagai obat.
  5. Gantilah kismis kering seminggu sekali.
  6. Pemberian gula pasir dan kismis untuk memberi nutrisi pertumbuhan algae tersebut agar dapat hidup dan berkembang biak.
  7. Hindari pemakaian wadah dari logam untuk mencegah kontaminasi bahan pada hasil air rendaman ataupun reaksi pada algae yang berakhir pada tidak berkembangnya algae tersebut alias mati.
Yang perlu jadi catatan adalah :
  • wadah yang digunakan harus rutin dibersihkan karena jika tidak air fermentasinya jika diminum dapat menyebabkan sakit tenggorokan yang parah, saya pernah baca untuk penyembuhannya memakan waktu 1,5 sampai 2 bulan dan tidak manjur oleh antibiotik. 
  • Lalu jangan terlalu lama me fermentasi kan algae tersebut karena akan menimbulkan alkohol yang berlebihan pada air hasil fermentasinya. Kalau sudah begitu ya bisa mabuk alias "Nge fly".hhehehe
Nah itu dia sekilas info tentang Kristal Algae. Tidak ada salahnya kan mencoba toh itu juga relatif murah dan tidak ribet. Hanya butuh ketelatenan saja.hhehehe. Semoga bermanfaat yah ^_^

Senin, 17 Desember 2012

INDEKS KESERAGAMAN DAN KEANEKARAGAMAN PLANKTON


BAB I
PENDAHULUAN
1.   Latar Belakang
Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki wilayah perairan laut maupun perairan air tawar yang cukup luas. Sebagai negara kepulauan maka Indonesia memiliki daerah pantai dan daerah estuari maupun hutan bakau yang luas untuk dijadikan daerah pertambakan.
Dalam suatu perairan terdapat berbagai macam organisme yang sangat kompleks baik yang berukuran besar maupun yang berukuran kecil (mikroskopik). Adapun organisme yang berukuran kecil ini sangat beraneka ragam. Organisme yang tidak bergerak aktif, melayang dalam perairan dan gerakannya cenderung bervariasi sesuai dengan adaptasi terhadap lingkungan disebut plankton. Sub grup plankton terdiri atas golongan binatang (hewan) yang disebut zooplankton dan tumbuh-tumbuhan disebut fitoplankton.
Sistim pelagik terdiri dari hewan dan tumbuh-tmbuhan yang hidup berenang dan melayang-layang dilautan terbuka. Ini berbeda dengan sistem bentik yang terdiri dari organisme-organisme yang hidup didasar laut.
Plankton tidak saja penting bagi kehidupan ikan baik langsung maupun tidak langsung, akan tetapi penting juga bagi segala jenis hewan yang hidup di dalamnya, baik air payau, tawar maupun air laut. Tanpa plankton khususnya fitoplankton sebagai produksi primer tidak akan mungkin terjadi kehidupan hewan didalam laut dari permukaan sampai kedasarnya.
Dasar ketergantungan zooplankton dan fitoplankton dalam melengkapi bahan-bahan organik menunjukkan suatu hubungan yang kompleks sehingga terbentuk sebuah rantai makanan yang disebut foot web, sifat khas rantai makanan mempunyai pengaruh yang penting dalam menentukan jumlah produksi ikan diberbagai daerah.
Untuk melengkapi dan menambah pengetahuan dalam mempelajari ataupun mengidentifikasi plankton perlu diadakan studi langsung dilapangan untuk mendapatkan data dan sebagai bahan perbandingan dengan teori yang ada untuk menarik suatu kesimpulan yang logis. Oleh karena itu kegiatan penelitian dan pengidentifikasian baik secara langsung maupun tidak langsung perlu dilakukan agar mendapatkan hasil yang maksimal.
2.   Tujuan dan Kegunaan
Praktik lapang ini bertujuan untuk mengetahui kelimpahan dan jenis zooplankton dan fitoplankton di kawasan Pantai losari.
Kegunaan praktek lapang ini adalah untuk memahami cara perhitungan kelimpahan plankton. Diharapkan pula mahasiswa memahami jenis –jenis fitoplankton dan zooplankton yang ditemukan didaerah kawasan Pantai losari yang dapat diambil dengan menggunakan plankton net.













BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1.   Plankton
Istilah plankton pertama kali diperkenalkan oleh Victor Hensen pada tahun 1887, yang berarti pengembara. Plankton merupakan sekelompok biota di dalam ekosistem akuatik (baik tumbuhan maupun hewan) yang hidup mengapung secara pasif, sehingga sangat dipengaruhi oleh arus yang lemah sekalipun (Arinardi, 1997).
Menurut Hutabarat dan Evans (1985), plankton adalah suatu organisme yang terpenting dalam ekologi laut. Kemudian dikatakan bahwa bahwa plankton merupakan salah satu organisme yang berukuran kecil dimana hidupnya terombang-ambing oleh arus perairan laut.
Menurut Nontji (2005), plankton adalah organisme yang hidupnya melayang atau mengambang di dalam air. Kemampuan geraknya, kalaupun ada, sangat terbatas hingga organisme tersebut terbawa oleh arus namun, mempunyai peranan penting dalam ekosistem laut, karena plankton menjadi bahan makanan bagi berbagai jenis hewan laut lainnya. Selain itu hampir semua hewan laut memulai kehidupannya sebagai plankton terutama pada tahap masih berupa telur dan larva.
Plankton dapat dibagi menjadi dua golongan yaitu : fitoplakton dan zooplankton. Berdasarkan siklus hidupnya plankton dapat dibagi menjadi dua yaitu holoplankton dan meroplankton (Nybakken, 1988).
a.   Holoplankton
Menurut Nyabekken (1988), menyatakan bahwa holoplankton adalah plankton yang selama daur hidupnya tetap sebagai plankton (plankton sejati) seperti Capepoda. Kelompok plankton tetap adalah yang sepanjang hidupnya dilaluinya sebagai plankton.Contoh dari jenis ini adalah chaetognatha dan cepepoda, jika larva suatu organisme berasal dari induknya yaitu plankton maka jika larva yaitu bermetamorfosis menjadi organisme dewasa maka organisme tersebut akan tetap menjadi sebagai plankton.
b.  Meroplankton
Meroplankton adalah hewan yang hidup sebagai plankton untuk sementara saja, yang merupakan fase awal dari daur (siklus) hidupnya . Meroplankton umumnya berupa telur hingga larva yang hidup melayang atau mengembang diatas laut . Memasuki tahap dewasa ia berubah secara bertahap menjadi nekton yang bisa berenang bebas , atau sebagai bentos yang hidup menancap , melekat , atau menetap di dasar laut . Sebagian besar hewan laut yang kita kenal seperti ikan , udang , kepiting , kerang , cumi - cumi , teripang , karang batu memulai daur hidupnya sebagai meroplankton. Karena itu meroplankton ini sangat tinggi keberagamannya (Nurmanali, 2011).
c.   Fitoplankton
Fitoplankton adalah komponen autotrof plankton. Autotrof adalah organisme yang mampu menyediakan/mensintesis makanan sendiri yang berupa bahan organik dari bahan anorganik dengan bantuan energi seperti matahari dan kimia. Komponen autotrof berfungsi sebagai produsen (Wikipedia, 2011).
Nama fitoplankton diambil dari istilah Yunani, phyton atau "tanaman" dan planktos, yang berarti "pengembara" atau "penghanyut". Sebagian besar fitoplankton berukuran terlalu kecil untuk dapat dilihat dengan mata telanjang. Akan tetapi, ketika berada dalam jumlah yang besar, mereka dapat tampak sebagai warna hijau di air karena mereka mengandung klorofil dalam sel-selnya (walaupun warna sebenarnya dapat bervariasi untuk setiap spesies fitoplankton karena kandungan klorofil yang berbeda beda atau memiliki tambahan pigmen seperti phycobiliprotein) (Wikipedia, 2011).
d.  Zooplankton
Berlawanan dengan fitoplankton, zooplankton yang merupakan anggota plankton yang bersifat hewani, sangat beraneka ragam dan terdiri dari bermacam larva dan bentuk dewasa yang mewakili hampir seluruh filum hewan. Namun demikian dari sudut ekologi, hanya satu golongan dari zooplankton yang sangat penting artinya, yaitu subklas copepoda (klas Crustaceae, filum Arthropoda). Kopepoda adalah crustace haloplanktonik yang berukuran kecil yang mendominasi zooplankton disemua samudra dan laut. Hewan kecil ini sangat penting artinya bagi ekonomi ekosistem-ekosistem bahari karena merupakan herbivora primer dalam laut. Dengan demikian, copepoda berperan sebagai mata rantai yang amat penting antara produksi primer  fitoplankton dengan karnivora besar dan kecil (Nyabakken, 1988).
Ukurannya yang paling umum berkisar 0.2 - 2 mm , tetapi ada juga yang berukuran besar misalnya ubur - ubur yang bisa berukuran sampai lebih satu meter . Zooplankton dapat dijumpai dari perairan pantai , dan perairan tropis hingga ke perairan kutub (Nurmanali, 2011).
II.   Kondisi Lingkungan
a.   Suhu
Plankton dari jenis fitoplankton hanya dapat hidup dengan baik di tempat-tempat yang mempunyai sinar matahari yang cukup. Akibatnya penyebaran fitoplankton besar pada lapisan permukaan laut saja. Keadaan yang demikian memungkinkan untuk terjadinya proses fotosintesis. Sejak sinar matahari yang diserap oleh lapisan permukaan laut, maka lapisan ini relatif panas sampai ke kedalaman 200 m (Hutabarat dan Evans, 1985).

b.  Salinitas
Menurut Nontji (2005), menyatakan bahwa meskipun salinitas mempengaruhi produktivitas individu fitoplankton namun peranannya tidak begitu besar, tetapi di perairan pantai peranan salinitas mungkin lebih menentukan terjadinya suksesi jenis pada produktivitas secara keseluruhan. Karena salinitas bersama-sama dengan suhu menentukan densitas air, maka salinitas ikut pula mempengaruhi pengambangan dan penenggelaman fitoplankton.



BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

1.   Waktu dan Tempat

Praktikum planktonologi ini dilaksanakan hari Sabtu 3 November 2012,dari jam 08.00 sampai 12.00 WITA bertempat di Anjungan Pantai Losari, dan dilakukan 3 kali pengambilan sampel. Sedangkan kegiatan mengidentifikasi dilaksanakan pada hari Selasa 11 Desember 2012 dimulai pada pukul 12.00 WITA sampai 13.00 WITA, bertempat di Laboratorium Biologi Laut,Jurusan Ilmu Kelautan Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan Universitas Hassanuddin,Makassar.

2.   Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam praktik lapang ini yaitu
1.    Planktonet yang berfungsi untuk menangkap plankton
2.    Tali rafia sepanjang 5 meter yang berfungsi sebagai pengikat planktonet,
3.    Botol sampel sebanyak 3 buah ukuran 100 ml berfungsi untuk menempatkan sampel plankton
4.    label berfungsi untuk menuliskan keterangan pada botol sampel,
5.    Alat tulis-menulis yang berfungsi membantu dalam penulisan data
6.    Sedgewick-Rafter Counting Cell 1mL sebagai tempat menaruh sampel
7.    Mikroskop yang berfungsi untuk melihat plankton dengan perbesaran tertentu
8.    Salinometer berfungsi untuk mengukur tingkat salinitas air laut
9.    Thermometer yang berfungsi untuk mengukur suhu air laut,
10.  Pipet tetes berfungsi untuk meneteskan sampel air ke dalam Sedgewick-Rafter Counting Cell
11.  Tissue yang berfungsi untuk mengelap kaca preparat Sedgewick-Rafter Counting Cell.
Adapun bahan yang digunakan dalam praktik lapang ini adalah :
1.    Lugol dan alkohol yang berfungsi untuk menetralkan dan mengawetkan   plankton-plankton yang ada di botol sampel.s
2.    Air tawar

3.    Metode kerja

a.   Lapangan
Pertama-tama tiap kelompok menyiapkan semua alat dan bahan yang akan digunakan dalam pengambilan sampel di lapangan. Kemudian ikatkan tali rafia pada ujung atas planktonet. Lalu turunkan plantonet ke air laut secara perlahan. Setelah botol planktonet terisi, tarik tali rafia kembali ke atas. Lalu masukkan sampel air ke dalam botol sampel. Setelah itu ukur suhunya menggunakan thermometer dan ukur salinitasnya menggunakan salinometer. Teteskan pula 5 tetes lugol ke dalam salah satu botol sampel. Tempelkan label pada botol sampel sebagai penanda bahwa botol tersebut adalah sampel pertama dari planktonet. Praktikan melakukan pengambilan sampel selama 3 kali. Setelah melakukan kegiatan yang sama selama tiga kali, botol sampel dan ketiga diteteesi dengan alkohol sebanyak 1 tetes.
b.  Laboratorium
Pertama-tama praktikan menyiapkan semua alat dan bahan yang diperlukan untuk melakukan identifikasi plankton. Lalu siapkan mikroskop yang ada di laboratorium. Setelah itu siapkan Sedgewick-Rafter Counting Cell. Dengan menggunakan tissue, lap kaca preparatnya hingga bersih. Lalu, pasang Sedgewick-Rafter Counting Cell di meja preparat, atur hingga sesuai dengan ukuran Sedgewick-Rafter Counting Cell. Setelah itu miringkan kaca preparat yang ada di atas Sedgewick-Rafter Counting Cell (sehingga ada celah untuk meneteskan air sampel). Dengan menggunakan pipet tetes, ambil sampel air yang dalam botol sampel I (pertama). Goyang-goyangkan pipet tetes dalam botol sampel secara perlahan. Teteskan sampel air secara perlahan ke dalam Sedgewick-Rafter Counting Cell hingga penuh. Tutup kaca preparat dan atur kembali fleksibilitas meja preparat tidak renggang. Mulai amati sampel menggunakan mikroskop. Catat hasilnya dalam lembar kerja. Lakukan hal yang sama untuk botol selanjutnya.
c.   Perhitungan Jumlah Plankton
Analisa data untuk magnifikasi rendah melalui proses sebagai berikut:
1.   Mengisi Sedgwick-Rafter (S-R)
Letakkan deg-glass secara diagonal melintang dari S-R dan masukkan sampel dengan pipet. Hal ini untuk menghindari adanya gelembung. Dek-glass diputar berlhan hingga S-R penuh dengan air sampel. Pengisian air sampel tidak boleh melebihi 1 mm karena dapat menyebabkan perhitungan yang tidak tepat.
2.   Menghitung Alur (Strip)
Alur  dari  S-R  merupakan  susunan  volume  air  sampel  dengan panjang  50 mm, tinggi 1 mm, dan lebar 2 mm. Jumlah dari alur yang dihitung adalah ketelitian dan nilai perhitungan organisme per alur.
Adapun perhitungan plankton pada S-R sebagai berikut:
Jumlah Organisme / mL    =   C x 1000 mm3
                                            L x Dx W x S
Dimana:
C         =  Jumlah organisme yang ditemukan
L          =  Panjang alur (S-R) mm
D         =  Tinggi alur (S-R) mm
W         =  Lebar alur (S-R) mm
S        =  Jumlah alur yang dihitung
Untuk menghitung kelimpahan plankton, maka digunakan rumus Michel (1994) sebagai petunjuk pengolahan data.
n   =   (a x 1000 ) x c  plankton / liter
                                                       l
Dimana:
n          = Kelimpahan plankton (jumlah plankton/L)
a          = Jumlah rata-rata plankton dalam 1 mL
c          = mL plankton pekat volume air tersaring
l           = Volume sampel air tersaring

3. Perhitungan Indeks Keragaman
Untuk menghitung keanekaragaman, maka digunakan Shannon Indeks diversity sebagai petunjuk pengolahan data.

H’ =   - S ( ni )  ln ( ni )
               N          N
Dimana:
S          = Jumlah seluruh spesies
ni         = Jumlah individu/spesies
N         = Jumlah Individu keseluruhan


Untuk menghitung keseragaman, digunakan Evennes Indeks sebagai petunjuk pengolahan data.
Dimana:
S                      =  Jumlah seluruh spesies
H max             =  Keanekaragaman maksimum
E                      =  Indeks keseragaman

4. Analisis Data

Kelimpahan plankton dikelompokkan menurut ulangan yang dilakukan dan disajikan dengan tabel berdasarkan waktu pengambilan sampel. Pengujian komposisi jenis dan kelimpahan plankton dianalisis dengan manual dengan bantuan peralatan tertentu sebagai media analisis. Sedangkan hubungan kelimpahan plankton dengan parameter lingkungan dianalisis dengan analisis regerensi berganda.




BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A.   Hasil

            Tabel 1. Hasil Kelimpahan Plankton/L

NO.
ORGANISME
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
PLANKTON










1
Biddulphia sp
4
2
0
0
0
4
2
0
0
0
2
Cascinodiscus sp
4
0
0
0
0
4
0
0
0
0
3
Leptocylindricus sp
12
2
4
6
2
12
2
4
6
2
4
Thalassionema sp
0
2
0
0
0
0
2
0
0
0
5
Rhizosolenia sp
0
0
2
2
0
0
0
2
2
0
6
Pleurosigma sp
2
0
0
0
0
2
0
0
0
0
N =
22
6
6
8
2
22
6
6
8
2
Tabel 2. Hasil Indeks Keanekaragaman, Keseragaman, Suhu dan Salinitas.

Indeks
Ulangan
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Rata-rata
Keanekaragaman
1,166
1,0985
0,6369
0,562
0
1,166
1,099
0,6369
0,5623
0
0,7698
Keseragaman
0,377
0,6131
0,3554
0,27
0
0,377
0,613
0,3554
0,2704
0
0,3592
Suhu
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30

Salinitas
27
27
27
27
27
27
27
27
27
27


B.   Pembahasan
            Dari hasil pengamatan pada setiap ulangan nilai kelimpahan yang tertinggi yaitu pada ulangan 1 dan 6. Sebesar 22 L dengan nilai yang sama, sedangkan kelimpahan plankton yang terkecil pada setiap  ulangan  yaitu pada ulangan 5 dan 10 sebesar 2 L  dengan nilai kelimpahan yang sama.
            Indeks keanekaragaman (H) merupakan keanekaragaman spesies dari fitoplankton dan zooplankton yang menghuni suatu komunitas, dimana nilai keanekaragaman erat kaitannya dengan sedikit banyaknya jumlah spesies yang ada dalam komunitas tersebut. Dari hasil pengamatan diperoleh data indeks keanekaragaman plankton dengan nilai yang paling tertinggi yaitu pada ulangan 1 dan 6 sebesar 1,166 sedangkan nilai keanekaragaman plankton yang terkecil terdapat pada ulangan 4 dan 5. Dimana masing-masing stasiun masih dikategorikan dalam stabilitas komunitas plankton sedang atau kualitas air tercemar sedang. Sesuai dengan pernyataan Maheswara (2003), mengenai kriteria indeks keanekaragaman (H) yaitu :
H’<1    = Komunitas biota tidak stabil atau kualitas air tercemar berat
1<H’<3            = Stabilitas komunitas biota sedang atau kualitas air tercemar sedang
H’>3    =   Stabilitas komunitas biota dalam kondisi stabil (prima) atau kualitas air bersih
            Dari hasil pengamatan diperoleh data indeks keseragaman plakton yaitu dengan rata-rata 0,3592. Indeks keseragaman menunjukkan pola sebaran plankton yaitu merata atau tidak. Jika nilai indeks keseragaman ralatif tinggi maka keberadaan setiap jenis biota di perairan dalam kondisi merata (ferianti, 2007).


Nilai indeks bekisar antara 0 – 1
e = 0, keseragaman antara spesies rendah, artinya kekayaan individu yang dimiliki masing-masing spesies sangat jauh berbeda.
e = 1, keseragaman antar spesies relatif merata atau relatif sama..
Dari hasil pengamatan yang diperoleh menunjukan suhu air pada setiap ulangan yaitu 30ºC. Hal ini menandakan bahwa suhu perairan cukup memungkinkan bagi pertumbuhan plankton untuk bertahan hidup. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Nyabekken (1992), bahwa suhu yang baik untuk kehidupan plankton secara umumberkisar antara 200C – 300C
Dari hasil pengamatan menunjukkan salinitas tiap ulangan sama yaitu 27 ppt. Nontji (1984) menyatakan bahwa meskipun salinitas mempengaruhi produktivitas individu fitoplankton namun peranannya tidak begitu besar, tetapi di perairan pantai peranan salinitas mungkin lebih menentukan terjadinya suksesi jenis pada produktivitas secara keseluruhan. Karena salinitas bersama-sama dengan suhu menentukan densitas air, maka salinitas ikut pula mempengaruhi pengambangan dan penenggelaman fitoplankton.



BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A.   Simpulan

            Kesimpulan dari praktikum Planktonologi Laut adalah sebaga berikut :
1.    Nilai kelimpahan yang tertinggi yaitu pada ulangan 1 dan 6. Sebesar 22 L dengan nilai yang sama, sedangkan kelimpahan plankton yang terkecil pada setiap  ulangan  yaitu pada ulangan 5 dan 10 sebesar 2 L  dengan nilai kelimpahan yang sama
2.    Nilai indeks keanekaragaman  yang paling tertinggi yaitu pada ulangan 1 dan 6 sebesar 1,166 sedangkan nilai keanekaragaman plankton yang terkecil terdapat pada ulangan 4 dan 5.. Dimana masing-masing ulangan masih dikategorikan dalam stabilitas komunitas plankton sedang atau kualitas air tercemar sedang.
3.    Dari hasil pengamatan diperoleh data indeks keseragaman plakton yaitu dengan rata-rata 0,3592
4.    Dari hasil pengamatan yang diperoleh menunjukan suhu dan salinitas pada setiap ulangan  yaitu 30ºC dan 27 ppt.

B.   Saran

            Sebaiknya pada praktikum selanjutnya masing-masig kelompok didampingi oleh asisten dan alat yang disediakan lebih lengkap agar praktik bisa berjalan dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA
Arinardi, O. H. 1997. Status Pengetahuan Plankton di Indonesia. Oseanologi dan Limnologi di Indonesia. Puslitbang-LIPI. Jakarta.
Hutabarat, S. dan S.M, Evans, 1985. Pengantar Oseanografi. Universitas Indonesia Press Jakarta.
Nontji, Anugrah. 2005. Laut Nusantara Djambatan. Jakarta.
Nybakken, J. W. 1988. Biologi Laut Suatu Pendekatan Ekologi. Gramedia . Jakarta
Wikipedia. 2011. http://id.wikipedia.org/wiki/Fitoplankton. diakses pada tanggal 23 Oktober 2011. Makassar.

Nurmanali. 2011. http://nurmanali.blogspot.com/2011/11/meroplankton-dan-zooplankton.html. diakses pada tanggal 23 Oktober 2011. Makassar




LAMPIRAN
Lampiran 1
A.    DATA IDENTIFIKASI PLANKTON
NO.
ORGANISME
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
PLANKTON
1
Biddulphia sp
2
1
2
1
2
Cascinodiscus sp
2
2
3
Leptocylindricus sp
6
1
2
3
1
6
1
2
3
1
4
Thalassionema sp
1
1
5
Rhizosolenia sp
1
1
1
1
6
Pleurosigma sp
1
1



Lampiran 2

1.    Kelimpahan dalam 1 mL

NO.
ORGANISME
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
PLANKTON










1
Biddulphia sp
0,002
0,001
0
0
0
0,002
0,001
0
0
0
2
Cascinodiscus sp
0,002
0
0
0
0
0,002
0
0
0
0
3
Leptocylindricus sp
0,006
0,001
0,002
0,003
0,001
0,006
0,001
0,002
0,003
0,001
4
Thalassionema sp
0
0,001
0
0
0
0
0,001
0
0
0
5
Rhizosolenia sp
0
0
0,001
0,001
0
0
0
0,001
0,001
0
6
Pleurosigma sp
0,001
0
0
0
0
0,001
0
0
0
0


2.      Kelimpahan Plankton/L


No.
ORGANISME
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
PLANKTON










1
Biddulphia sp
4
2
0
0
0
4
2
0
0
0
2
Cascinodiscus sp
4
0
0
0
0
4
0
0
0
0
3
Leptocylindricus sp
12
2
4
6
2
12
2
4
6
2
4
Thalassionema sp
0
2
0
0
0
0
2
0
0
0
5
Rhizosolenia sp
0
0
2
2
0
0
0
2
2
0
6
Pleurosigma sp
2
0
0
0
0
2
0
0
0
0
N =
22
6
6
8
2
22
6
6
8
2

Lampiran 3
3.      Ni/N
NO.
ORGANISME
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
PLANKTON










1
Biddulphia sp
0,181
0,333
0
0,75
0
0,181
0,333
0,666
0
0
2
Cascinodiscus sp
0,181
0
0
0
0
0,181
0
0
0
0
3
Leptocylindricus sp
0,545
0,333
0,666
0
1
0,545
0,333
0
0,75
1
4
Thalassionema sp
0
0,333
0
0
0
0
0,333
0
0
0
5
Rhizosolenia sp
0
0
0,333
0,25
0
0
0
0,333
0,25
0
6
Pleurosigma sp
0,09
0
0
0
0
0,09
0
0
0
0

Lampiran 4
4.    Ln/N

NO.
ORGANISME
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
PLANKTON










1
Biddulphia sp
-1,709
-1,1
0
-0,29
0
-1,709
-1,1
-0,406
0
0
2
Cascinodiscus sp
-1,709
0
0
0
0
-1,709
0
0
0
0
3
Leptocylindricus sp
-0,607
-1,1
-0,406
0
0
-0,607
-1,1
0
-0,288
0
4
Thalassionema sp
0
-1,1
0
0
0
0
-1,1
0
0
0
5
Rhizosolenia sp
0
0
-1,1
-1,39
0
0
0
-1,1
-1,386
0
6
Pleurosigma sp
-2,408
0
0
0
0
-2,408
0
0
0
0

5.    H’ Indeks keanekaragaman

NO.
ORGANISME
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
PLANKTON










1
Biddulphia sp
-0,309
-0,366
0
-0,22
0
-0,309
-0,366
-0,271
0
0
2
Cascinodiscus sp
-0,309
0
0
0
0
-0,309
0
0
0
0
3
Leptocylindricus sp
-0,331
-0,366
-0,271
0
0
-0,331
-0,366
0
-0,216
0
4
Thalassionema sp
0
-0,366
0
0
0
0
-0,366
0
0
0
5
Rhizosolenia sp
0
0
-0,366
-0,35
0
0
0
-0,366
-0,347
0
6
Pleurosigma sp
-0,217
0
0
0
0
-0,217
0
0
0
0
-1,166
-1,099
-0,637
-0,56
0
-1,166
-1,099
-0,637
-0,562
0
Keanekaragaman = H' =
1,166
1,0985
0,6369
0,562
0
1,166
1,099
0,6369
0,5623
0
Keseragaman = E =
0,377
0,6131
0,3554
0,27
0
0,377
0,613
0,3554
0,2704
0