ARLINDO
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia
merupakan wilayah atau negara yang mempunyai luas daerah lautnya lebih luas
dari luas daratanya dan mempunyai posisi geografis yang sangat strategis,
dimana indonesia berada diantara dua benua yaitu Asia dan Australia dan diapit
dua samudera yaitu Samudera Pasifik dan Samudera Hindia. Letak Indonesia
dipotong oleh garis maya khatulistiwa yang menandakan bagian paling dekat
dengan matahari dan menerima siraman sinarnya sepanjang tahun. Letak geografis
yang demikian membuat Indonesia menjadi penghubung dua samudera besar dan
memiliki pola iklim yang berbeda dengan daerah-daerah lintang sedang dan tinggi
maupun dengan daerah lain di khatulistiwa yang tidak bersinggungan dengan
samudera.
Arlindo
merupakan bagian penting dalam sirkulasi samudra dunia dalam penghantaran panas
(heat), dimana kepulauan Indonesia merupakan wilayah yang dilalui oleh
sirkulasi permukaan termohalin dari Samudera Pasifik menuju Samudera Hindia.
Massa air yang melalui perairan Indonesia dan bergerak dari Samudera pasifik
menuju Samudera Hindia dikenal sebagai Arus Lintas Indonesia (Arlindo).
Dalam makalah ini penulis akan
membahas mengenai Arus Lintas Indoesia mulai dari pengertian ARLINDO,
faktor-faktor penyebab terjadinya atau adanya ARLINDO dan proses terjadinya
ARLINDO serta mekanismenya.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas
mempunyai beberapa rumusan masalah yakni :
1. Apakah yang dimaksud dengan ARLINDO ?
2. Apa saja faktor-faktor penyebab teradinya
ARLINDO ?
3. Bagaimana proses terjadinya ARLINDO ?
4. Serta mekanisme dari ARLINDO itu sendiri ?
1.3 Tujuan
Dari rumusan masalah diatas maka
tujuan penulisan dari makalah ini yakni
1. Untuk mengetahui pengertian dari ARLINDO
2. Untuk mengetahui apa saja faktor-faktor
penyebab terjadinya ARLINDO ?
3. Untuk mengetahui proses terjadinya ARLINDO
4. Untuk mengetahui mekanisme teradinya
ARLINDO
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Arus
Lintas Indonesia (ARLINDO)
ARLINDO
yang merupakan kependekan dari Arus Lintas Indonesia, atau lebih dikenal oleh
para ahli Oseonografi dengan istilah “Indonesian Through Flow”, adalah aliran
massa air antar samudera yang melewati Perairan Indonesia.sebagai negara yang
diapit oleh kedua lautan besar yakni samudera psifik di bagian Utara dan Timur
laut serta Samudera Hindia di bagia Selatan dan barat daya Indonesia berlaku
sebagai saluran bagi aliran massa air Samudera Pasifik ke Samudera Hindia. Aliran
massa air ini terjadi sebagai akibat adanya perbedaan tekanan antara kedua
lautan tersebut(WYRTKI 1987).
Arlindo
merupakan bagian penting dalam sirkulasi samudra dunia dalam penghantaran panas
(heat). Massa air yang terangkut oleh Arlindo dipengaruhi oleh adanya El Niño
dan La Niña. Dampak El Niño dan La Niña terhadap kehidupan di laut Nusantara
belum banyak dikaji. Terdapat beberapa kenyataan yang menunjukkan terjadinya
pemutihan karang (coral bleaching) yang dapat dikaitkan dengan El Niño. Kajian
terintegrasi mengenai El Niño perlu ditingkatkan untuk mengantisipasi dampak
negatif yang dapat ditimbulkannya.
Webster
et al (1998) menyatakan bahwa aliran bahang Arlindo
adalah dapat dibandingkan terhadap aliran bersih permukaan di utara samudra
Hindia dan sejumlah fraksi substansial dari aliran bahangnya.
2.2 Faktor – Faktor
Penyebab Terjadinya ARLINDO
Beberapa
faktor yang dapat menyebabkan terjadinya Arus Lintas Indonesia (ARLINDO)
tersebut yakni cuaca, musin dan dapat disebabkan oleh bertiupnya angin pasat
tenggara di bagian selatan Pasifik dari wilayah Indonesia. Angin tersebut mengakibatkan permukaan bagian
tropik Lautan Pasifik Barat lebih tinggi dari pada Lautan Hindia bagian timur. Hasilnya terjadinya gradien tekanan yang
mengakibatkan mengalirnya arus dari Lautan Pasifik ke Lautan Hindia.
Arus
lintas Indonesia selama Muson Tenggara umumnya lebih kuat dari pada di Muson
Barat Laut. Webster et al. (1998) menyatakan bahwa aliran bahang
Arlindo’…adalah dapat dibandingkan terhadap aliran bersih permukaan di utara
samudra Hindia dan sejumlah fraksi substansial dari aliran bahangnya’. Beberapa
hasil model penelitian mengungkapkan ketergantungan suhu permukaan dan simpanan
bahang permukaan samudra Pasifik dan Hindia terhadap arus lintas ini. Kedua
samudra tersebut akan sangat berbeda jika tanpa Arlindo, Ketiadaan Arlindo akan
meningkatkan permukaan laut di Pasifik dan menurunkannya di Hindia sebanyak
2-10 cm
Adapun tiga faktor yang
mempengaruhi variabilitas ARLINDO adalah:
1. Perubahan sirkulasi termoklin secara global
selama Heinrich events yang dipicu oleh pendinginan belahan bumi bagian utara
2. Meningkatnya pasokan air yang relatif tawar
dari Laut Jawa akibat naiknya muka laut pada kurun waktu 60 – 47 ka
3. Perubahan muson Australasia akibat insolasi dan
diiringi oleh migrasi batas hidrologi Samudera Hindia dan ARLINDO pada kurun
waktu 46 – 40 ka.
2.3 Proses Terjadinya
ARLINDO
Indonesian
Throughflow (ARLINDO), indicate the relationship between the relationship
between ARLINDO and El-Nino Southern Oscillation (ENSO) (Source, Gordon, A.,
1998)
Proses ARLINDO ini pertama kali
diketahui dari hasil “Ekspedisi Snellius”, yang mengadakan penelitian
oseonografi di seluruh cekungan yang ada di Laut Maluku pada tahun 1929 dan
tahun 1930. Dari sifat-sifat laut fisis air laut yang ditemukan di
cekungan-cekungan laut tersebut disimpulkan bahwa massa air tersebut berasal
dari Samudera Pasifik yang masuk pada perairan Indonesia. Kemudian ditahun
1960. Dengan menggunakan kapal Jalandhi secara implisit penelitian ARLINDO
mulai dirintis.
Pada
gambar Arus Laut di Indonesia di atas, terutama Indonesia Timur. Dimana arus
yang melewati Segitiga Masalembo ini. Pada bagian atas (garis hijau)
menunjukkan air laut mengalir dari bara.t memanjang di Laut Jawa, berupa monsoonal
stream atau arus musiman. Arus ini sangat dipengaruhi oleh cuaca dan musim.
Sedangkan dari Selat Makassar ada arus lain dari utara yang merupakan
thermoklin, atau aliran air laut akibat perbedaan suhu lautan. Kedua arus ini
bertemu di sekitar Segitiga Masalembo.
Arus
musiman ini sangat dipengaruhi juga oleh suhu air laut akibat pemanasan
matahari. Lintasan matahari itu bergerak bergeser ke-utara-selatan dengan
siklus tahunan. Itulah sebabnya pada bulan-bulan Januari yang merupakan saat
perubahan arus musiman (monsoon).
Arus
ini membawa air laut dingin dari Samodra Pasifik ke Samodera Indonesia diduga
dengan debit hingga 15 juta meterkubik perdetik dan hampir keseluruhannya
melalui Selat Makassar.
Gambar Profil selat
makassar dapat dilihat seperti dibawah ini.
Pada
profil dasar selat Makassar diatas terlihat batuan kalimantan dan batuan
sulawesi berbeda. Hal ini disebabkan karena adanya perbedaan mencolok antara
Indonesia barat dengan Indonesia Timur, seperti yg ditulis disini sebelumnya.
Kalimantan merupakan bagian dari Paparan Sunda (Indonesia Barat) sedang
Sulawesi merupakan bagian dari Indonesia Timur. Nah garis yang membaginya dulu
diketemukan oleh Wallace disebut sebagai Garis Wallace (Wallace Line). Garis
Wallace ini sebenernya hasil penelitian satwa Indonesia Barat-Timur, namun
sebenarnya ada juga implikasi atau manifestasi dari aspek geologis (batuan
penyusunnya).
Dari
Batuannya kita tahu bahwa dibawah selat makasar ini terdapat tempat yang sangat
kompleks geologinya, diatasnya terdapat selat Makassar yang juga memilki
karakter khusus di dunia ini dimana mengalirkan air yang sangat besar. Aspek
meteorologis yang memisahkan antara daerah diatas air dengan daerah diatas
daratan yaitu awan. Awan merupakan fenomena khusus yang paling banyak dijumpai
diatas daratan. Itulas sebabnya kalau sedang di tengah laut coba tengok ke
atas, carilah awan. Awan yang berarak akan lebih banya terdapat di daratan
ketimbang di atas lautan seperti gambaran diatas.
Angin
juga akan berhembus karena perbedaan tekanan udara panas. Pada malam hari saat
bertiupnya angin darat, para nelayan pergi menangkap ikan di laut. Sebaliknya
pada siang hari saat bertiupnya angin laut, para nelayan.
Perubahan
angin darat laut karena suhu ini berubah dalam siklus harian, namun tentunya
ada juga siklus tahunannya atau disebut siklus monsoon. Looh Monsoon, kok
sepertinya juga ada monsoonal stream yang ada di Arlindo digambar atas
Tiga
peta diatas menunjukkan intesitas magnetik total, peta deklinasi, dan perubahan
deklinasi tahunan. Yang dapat dilihat dalam ketiga peta itu adalah, tidak
adanya sesuatu yang mencolok baik di Segitiga Bermuda maupun di Segitiga
Masalembo. Memang sejak dulu seringkali yang menyatakan adanya keanehan kompas
magnetik apabila melalui daerah angker ini. Secara fisik (pengukuran magnetik)
tidak terlihat anomali itu. Hanya terlihat bahwa Indonesia secara umum
merupakan daerah yang memiliki deklinasi dan iklinasi sangat kecil. Dan
merupakan daerah yang memiliki total intensitas magnetik rendah, mungkin karena
Indonesia merupakan daerah yang relatif “muda” dibandingkan daerah- daerah
lain.
Kalau
dibandingkan dengan Segitiga Bermuda, lokasi Segitiga Masalembo juga tidak
menunjukkan keanehannya. Sepertinya keangkeran segitiga Masalembo ini lebih
ditentukan oleh faktor gangguan alamiah yang bukan mistis. Yang mungkin paling
dominan adalah faktor meteorologis termasuk didalamnya faktor cuaca, termasuk
didalamnya angin, hujan, awan, kelembaban air dan suhu udara yang mungkin
memang merupakan manifestasi dari konfigurasi batuan serta kondisi geologi,
oceaografi serta geografi yang sangat unik.
2.4 Mekanisme
Terjadinya ARLINDO
Jalur
Arlindo dimulai dari perairan antara Mindanao dan Halmahera, mengalir masuk
melalui selat Makassar sebagai jalur utamanya. Setelahnya ia meninggalkan
perairan Indonesia melalui selat Lombok dan sebagian besar lainnya berbelok
melalui laut Flores, laut Banda dan memasuki samudra Hindia. Webster et al
(1998) menyatakan bahwa aliran bahang Arlindo adalah dapat dibandingkan
terhadap aliran bersih permukaan di utara samudra Hindia dan sejumlah fraksi
substansial dari aliran bahangnya. Beberapa hasil model penelitian
mengungkapkan ketergantungan suhu permukaan dan simpanan bahang permukaan samudra
Pasifik dan Hindia terhadap arus lintas ini.
Di saat kondisi normal, laju Arlindo bergerak dari Samudra Pasifik
ke Samudra Hindia, dengan volume massa
air rata-rata sekitar 10,5 juta meter kubik per detik.
Sumber
air yang dibawa oleh Arlindo berasal dari Lautan Pasifik bagian utara dan
selatan. Perairan Selat Makasar dan Laut
Flores lebih banyak dipengaruhi oleh massa air laut Pasifik Utara sedangkan
Laut Seram dan Halmahera lebih banyak dipengaruhi oleh massa air dari Pasifik
Selatan. Gordon et al. (1994) mengatakan
bahwa massa air Pasifik masuk kepulauan Indonesia melalui 2 (dua) jalur utama,
yaitu:
1. Jalur barat dimana massa air masuk melalui
Laut Sulawesi dan Basin Makasar. Sebagian massa air akan mengalir melalui Selat
Lombok dan berakhir di Lautan Hindia sedangkan sebagian lagi dibelokan ke arah
timur terus ke Laut Flores hingga Laut Banda dan kemudian keluar ke Lautan
Hindia melalui Laut Timor.
2. Jalur timur dimana massa air masuk melalui
Laut Halmahera dan Laut Maluku terus ke Laut Banda. Dari Laut Banda, menurut Gordon (1986) dan
Gordon et al.,(1994) massa air akan mengalir mengikuti 2 (dua) rute. Rute utara Pulau Timor melalui Selat Ombai,
antara Pulau Alor dan Pulau Timor, masuk ke Laut Sawu dan Selat Rote, sedangkan
rute selatan Pulau Timor melalui Basin Timor dan Selat Timor, antara Pulau Rote
dan paparan benua Australia.
BAB
IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Dari makalah diatas penulis dapat
menyimpulkan bahwa :Arlindo (arus lintas indonesia) adalah arus dari Samudra
Pasifik ke Samudra Hindia lewat selat-selat
yang disebabkan oleh perbedaan Tinggi Paras Laut antara kedua samudra
tersebut. Arlindo merupakan bagian penting dalam sirkulasi samudra dunia dalam
penghantaran panas (heat). Dimana arlindo di pengaruhi oleh beberapa faktor
yakni cuaca musim dan angin,
Proses terjadinya arus
lintas indonesia dimulai dari perairan antara Mindanao dan Halmahera, mengalir
masuk melalui selat Makassar sebagai jalur utamanya. Setelahnya ia meninggalkan
perairan Indonesia melalui selat Lombok dan sebagian besar lainnya berbelok
melalui laut Flores, laut Banda dan memasuki samudra Hindia. Webster et al
(1998) menyatakan bahwa aliran bahang Arlindo adalah dapat dibandingkan
terhadap aliran bersih permukaan di utara samudra Hindia dan sejumlah fraksi
substansial dari aliran bahangnya. Di
saat kondisi normal, laju Arlindo bergerak dari Samudra Pasifik ke Samudra Hindia, dengan volume massa air
rata-rata sekitar 10,5 juta meter kubik per detik.
4.2 Saran
Semoga dengan adanya makalah ini
penulis dan pembaca dapat diberikan banyak
manfaat baik itu sebagai alat refrensi penulisan maklah lainnya atau
dapat dijadikan sebagai ilmu pengetahuan belaka.
Penulis menyadari dalam penulisan
makalah ini banyak terdapat kesalahan baik dari segi penulisan maupun isi dari
makalah ini sendiri, oleh karena itu penulis memohon kritik dan saran dari
pembaca.
2012
bung ada dapusnya gk ?
BalasHapus