Suhu menurun secara teratur sesuai dengan kedalaman. Semakin
dalam suhu akan semakin rendah atau dingin. Hal ini diakibatkan karena
kurangnya intensitas matahari yang masuk kedalam perairan. Pada kedalaman
melebihi 1000 meter suhu air relatif konstan dan berkisar antara 2°C – 4°C
(Hutagalung, 1988)
Faktor yang memengaruhi suhu permukaan laut adalah letak
ketinggian dari permukaan laut (Altituted), intensitas cahaya matahari yang
diterima, musim, cuaca, kedalaman air, sirkulasi udara, dan penutupan awan
(Hutabarat dan Evans, 1986).
SALINITAS AIR LAUT
DAN AIR MURNI.
NAMA UNSUR % jumlah
berat seluruh gram AIR LAUT AIR SUNGAI
Klorida 55,04 5,68
Natrium 30,61 5,79
Sulfat 7,68 12,14
Magnesium 3,69 3,41
Kalsium 1,16 20,29
Kalium 1,10 2,12
Bikarbonat 0,41 -
Karbonat - 35,15
Brom 0,19 -
Asam borak 0,07 -
Strontium 0,04 -
Flour 0,00 -
Silika - 11,67
Oksida - 2,75
Nitrat - 0,90
Air laut mengandung 3,5% garam-garaman, gas-gas terlarut,
bahan-bahan organik dan partikel-partikel tak terlarut. Keberadaan
garam-garaman mempengaruhi sifat fisis air laut (seperti: densitas,
kompresibilitas, titik beku, dan temperatur dimana densitas menjadi maksimum)
beberapa tingkat, tetapi tidak menentukannya. Beberapa sifat (viskositas, daya
serap cahaya) tidak terpengaruh secara signifikan oleh salinitas. Dua sifat
yang sangat ditentukan oleh jumlah garam di laut (salinitas) adalah daya hantar
listrik (konduktivitas) dan tekanan osmosis.
Garam-garaman utama yang terdapat dalam air laut adalah
klorida (55%), natrium (31%), sulfat (8%), magnesium (4%), kalsium (1%),
potasium (1%) dan sisanya (kurang dari 1%) teridiri dari bikarbonat, bromida,
asam borak, strontium dan florida. Tiga sumber utama garam-garaman di laut
adalah pelapukan batuan di darat, gas-gas vulkanik dan sirkulasi lubang-lubang
hidrotermal (hydrothermal vents) di laut dalam.
S (o/oo) = 1.80655
Cl (o/oo) (1969) .
Air
murni tidak mempunya nilai kandungan garam (salinitas) seperti pada air laut.
Titik beku atau kerapatan maksimum air murni terjadi pada suhu 4 0C lebih
tinggi dari pada air laut atau dengan kata lain. Air murni lebih cepat membeku
dari pada air laut
DENSITAS AIR LAUT DAN AIR MURNI
Densitas merupakan salah satu parameter terpenting dalam
mempelajari dinamika laut. Perbedaan densitas yang kecil secara horisontal
(misalnya akibat perbedaan pemanasan di permukaan) dapat menghasilkan arus laut
yang sangat kuat. Oleh karena itu penentuan densitas merupakan hal yang sangat
penting dalam oseanografi. Lambang yang digunakan untuk menyatakan densitas
adalah ρ (rho).
Densitas air laut
bergantung pada temperatur (T), salinitas (S) dan tekanan (p). Kebergantungan
ini dikenal sebagai persamaan keadaan air laut (Equation of State of Sea
Water):
ρ = ρ(T,S,p)
Penentuan dasar
pertama dalam membuat persamaan di atas dilakukan oleh Knudsen dan Ekman pada
tahun 1902. Pada persamaan mereka, ρ dinyatakan dalam g cm-3. Penentuan dasar
yang baru didasarkan pada data tekanan dan salinitas dengan kisaran yang lebih
besar, menghasilkan persamaan densitas baru yang dikenal sebagai Persamaan
Keadaan Internasional (The International Equation of State, 1980). Persamaan
ini menggunakan temperatur dalam oC, salinitas dari Skala Salinitas Praktis dan
tekanan dalam dbar (1 dbar = 10.000 pascal = 10.000 N m-2). Densitas dalam
persamaan ini dinyatakan dalam kg m-3. Jadi, densitas dengan harga 1,025 g cm-3
dalam rumusan yang lama sama dengan densitas dengan harga 1025 kg m-3 dalam
Persamaan Keadaan Internasional.
Densitas bertambah dengan bertambahnya salinitas dan
berkurangnya temperatur, kecuali pada temperatur di bawah densitas maksimum.
Densitas air laut terletak pada kisaran 1025 kg m-3 sedangkan pada air tawar
1000 kg m-3. Para oseanografer biasanya menggunakan lambang σt (huruf Yunani
sigma dengan subskrip t, dan dibaca sigma-t) untuk menyatakan densitas air
laut. dimana σt = ρ - 1000 dan biasanya tidak menggunakan satuan (seharusnya
menggunakan satuan yang sama dengan ρ). Densitas rata-rata air laut adalah σt =
25. Aturan praktis yang dapat kita gunakan untuk menentukan perubahan densitas
adalah: σt berubah dengan nilai yang sama jika T berubah 1oC, S 0,1, dan p yang
sebanding dengan perubahan kedalaman 50 m.
Densitas maksimum terjadi di atas titik beku untuk salinitas
di bawah 24,7 dan di bawah titik beku untuk salinitas di atas 24,7. Hal ini
mengakibatkan adanya konveksi panas.
• S < 24.7 : air
menjadi dingin hingga dicapai densitas maksimum, kemudian jika air permukaan
menjadi lebih ringan (ketika densitas maksimum telah terlewati) pendinginan
terjadi hanya pada lapisan campuran akibat angin (wind mixed layer) saja,
dimana akhirnya terjadi pembekuan. Di bagian kolam (basin) yang lebih dalam
akan dipenuhi oleh air dengan densitas maksimum. • S > 24.7 : konveksi
selalu terjadi di keseluruhan badan air. Pendinginan diperlambat akibat adanya
sejumlah besar energi panas (heat) yang tersimpan di dalam badan air. Hal ini
terjadi karena air mencapai titik bekunya sebelum densitas maksimum tercapai.
Seperti halnya pada temperatur, pada
densitas juga dikenal parameter densitas potensial yang didefinisikan sebagai
densitas parsel air laut yang dibawa secara adiabatis ke level tekanan refere.
Air murni dibentuk oleh persenyawaan 2 atom hydrogen (H) dan 1 atom oksigen
(O), membentuk H.O. Berdasarkan kandungan total zat terlarut (Total Dissolved
Solid=TDS), air murni tidak mengandung TDS sama sekali
Tidak ada komentar:
Posting Komentar