Selasa, 30 Oktober 2012


ARLINDO

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia merupakan wilayah atau negara yang mempunyai luas daerah lautnya lebih luas dari luas daratanya dan mempunyai posisi geografis yang sangat strategis, dimana indonesia berada diantara dua benua yaitu Asia dan Australia dan diapit dua samudera yaitu Samudera Pasifik dan Samudera Hindia. Letak Indonesia dipotong oleh garis maya khatulistiwa yang menandakan bagian paling dekat dengan matahari dan menerima siraman sinarnya sepanjang tahun. Letak geografis yang demikian membuat Indonesia menjadi penghubung dua samudera besar dan memiliki pola iklim yang berbeda dengan daerah-daerah lintang sedang dan tinggi maupun dengan daerah lain di khatulistiwa yang tidak bersinggungan dengan samudera.
Arlindo merupakan bagian penting dalam sirkulasi samudra dunia dalam penghantaran panas (heat), dimana kepulauan Indonesia merupakan wilayah yang dilalui oleh sirkulasi permukaan termohalin dari Samudera Pasifik menuju Samudera Hindia. Massa air yang melalui perairan Indonesia dan bergerak dari Samudera pasifik menuju Samudera Hindia dikenal sebagai Arus Lintas Indonesia (Arlindo).
            Dalam makalah ini penulis akan membahas mengenai Arus Lintas Indoesia mulai dari pengertian ARLINDO, faktor-faktor penyebab terjadinya atau adanya ARLINDO dan proses terjadinya ARLINDO serta mekanismenya.
1.2 Rumusan Masalah
            Berdasarkan latar belakang diatas mempunyai beberapa rumusan masalah yakni :
1.    Apakah yang dimaksud dengan ARLINDO ?
2.    Apa saja faktor-faktor penyebab teradinya ARLINDO ?
3.    Bagaimana proses terjadinya ARLINDO ?
4.    Serta mekanisme dari ARLINDO itu sendiri ?
1.3 Tujuan
            Dari rumusan masalah diatas maka tujuan penulisan dari makalah ini yakni
1.    Untuk mengetahui pengertian dari ARLINDO
2.    Untuk mengetahui apa saja faktor-faktor penyebab terjadinya ARLINDO ?
3.    Untuk mengetahui proses terjadinya ARLINDO
4.    Untuk mengetahui mekanisme teradinya ARLINDO





BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Arus Lintas Indonesia (ARLINDO)
ARLINDO yang merupakan kependekan dari Arus Lintas Indonesia, atau lebih dikenal oleh para ahli Oseonografi dengan istilah “Indonesian Through Flow”, adalah aliran massa air antar samudera yang melewati Perairan Indonesia.sebagai negara yang diapit oleh kedua lautan besar yakni samudera psifik di bagian Utara dan Timur laut serta Samudera Hindia di bagia Selatan dan barat daya Indonesia berlaku sebagai saluran bagi aliran massa air Samudera Pasifik ke Samudera Hindia. Aliran massa air ini terjadi sebagai akibat adanya perbedaan tekanan antara kedua lautan tersebut(WYRTKI 1987).
Arlindo merupakan bagian penting dalam sirkulasi samudra dunia dalam penghantaran panas (heat). Massa air yang terangkut oleh Arlindo dipengaruhi oleh adanya El Niño dan La Niña. Dampak El Niño dan La Niña terhadap kehidupan di laut Nusantara belum banyak dikaji. Terdapat beberapa kenyataan yang menunjukkan terjadinya pemutihan karang (coral bleaching) yang dapat dikaitkan dengan El Niño. Kajian terintegrasi mengenai El Niño perlu ditingkatkan untuk mengantisipasi dampak negatif yang dapat ditimbulkannya.
Webster et al (1998) menyatakan bahwa aliran bahang Arlindo adalah dapat dibandingkan terhadap aliran bersih permukaan di utara samudra Hindia dan sejumlah fraksi substansial dari aliran bahangnya.
2.2 Faktor – Faktor Penyebab Terjadinya ARLINDO
Beberapa faktor yang dapat menyebabkan terjadinya Arus Lintas Indonesia (ARLINDO) tersebut yakni cuaca, musin dan dapat disebabkan oleh bertiupnya angin pasat tenggara di bagian selatan Pasifik dari wilayah Indonesia.  Angin tersebut mengakibatkan permukaan bagian tropik Lautan Pasifik Barat lebih tinggi dari pada Lautan Hindia bagian timur.  Hasilnya terjadinya gradien tekanan yang mengakibatkan mengalirnya arus dari Lautan Pasifik ke Lautan Hindia.
Arus lintas Indonesia selama Muson Tenggara umumnya lebih kuat dari pada di Muson Barat Laut. Webster et al. (1998) menyatakan bahwa aliran bahang Arlindo’…adalah dapat dibandingkan terhadap aliran bersih permukaan di utara samudra Hindia dan sejumlah fraksi substansial dari aliran bahangnya’. Beberapa hasil model penelitian mengungkapkan ketergantungan suhu permukaan dan simpanan bahang permukaan samudra Pasifik dan Hindia terhadap arus lintas ini. Kedua samudra tersebut akan sangat berbeda jika tanpa Arlindo, Ketiadaan Arlindo akan meningkatkan permukaan laut di Pasifik dan menurunkannya di Hindia sebanyak 2-10 cm
Adapun tiga faktor yang mempengaruhi variabilitas ARLINDO adalah:
1.  Perubahan sirkulasi termoklin secara global selama Heinrich events yang dipicu oleh pendinginan belahan bumi bagian utara
2.  Meningkatnya pasokan air yang relatif tawar dari Laut Jawa akibat naiknya muka laut pada kurun waktu 60 – 47 ka
3.  Perubahan muson Australasia akibat insolasi dan diiringi oleh migrasi batas hidrologi Samudera Hindia dan ARLINDO pada kurun waktu 46 – 40 ka.
2.3 Proses Terjadinya ARLINDO
Indonesian Throughflow (ARLINDO), indicate the relationship between the relationship between ARLINDO and El-Nino Southern Oscillation (ENSO) (Source, Gordon, A., 1998)
            Proses ARLINDO ini pertama kali diketahui dari hasil “Ekspedisi Snellius”, yang mengadakan penelitian oseonografi di seluruh cekungan yang ada di Laut Maluku pada tahun 1929 dan tahun 1930. Dari sifat-sifat laut fisis air laut yang ditemukan di cekungan-cekungan laut tersebut disimpulkan bahwa massa air tersebut berasal dari Samudera Pasifik yang masuk pada perairan Indonesia. Kemudian ditahun 1960. Dengan menggunakan kapal Jalandhi secara implisit penelitian ARLINDO mulai dirintis.
Pada gambar Arus Laut di Indonesia di atas, terutama Indonesia Timur. Dimana arus yang melewati Segitiga Masalembo ini. Pada bagian atas (garis hijau) menunjukkan air laut mengalir dari bara.t memanjang di Laut Jawa, berupa monsoonal stream atau arus musiman. Arus ini sangat dipengaruhi oleh cuaca dan musim. Sedangkan dari Selat Makassar ada arus lain dari utara yang merupakan thermoklin, atau aliran air laut akibat perbedaan suhu lautan. Kedua arus ini bertemu di sekitar Segitiga Masalembo.
Arus musiman ini sangat dipengaruhi juga oleh suhu air laut akibat pemanasan matahari. Lintasan matahari itu bergerak bergeser ke-utara-selatan dengan siklus tahunan. Itulah sebabnya pada bulan-bulan Januari yang merupakan saat perubahan arus musiman (monsoon).
Arus ini membawa air laut dingin dari Samodra Pasifik ke Samodera Indonesia diduga dengan debit hingga 15 juta meterkubik perdetik dan hampir keseluruhannya melalui Selat Makassar.
Gambar Profil selat makassar dapat dilihat seperti dibawah ini.
Pada profil dasar selat Makassar diatas terlihat batuan kalimantan dan batuan sulawesi berbeda. Hal ini disebabkan karena adanya perbedaan mencolok antara Indonesia barat dengan Indonesia Timur, seperti yg ditulis disini sebelumnya. Kalimantan merupakan bagian dari Paparan Sunda (Indonesia Barat) sedang Sulawesi merupakan bagian dari Indonesia Timur. Nah garis yang membaginya dulu diketemukan oleh Wallace disebut sebagai Garis Wallace (Wallace Line). Garis Wallace ini sebenernya hasil penelitian satwa Indonesia Barat-Timur, namun sebenarnya ada juga implikasi atau manifestasi dari aspek geologis (batuan penyusunnya).
Dari Batuannya kita tahu bahwa dibawah selat makasar ini terdapat tempat yang sangat kompleks geologinya, diatasnya terdapat selat Makassar yang juga memilki karakter khusus di dunia ini dimana mengalirkan air yang sangat besar. Aspek meteorologis yang memisahkan antara daerah diatas air dengan daerah diatas daratan yaitu awan. Awan merupakan fenomena khusus yang paling banyak dijumpai diatas daratan. Itulas sebabnya kalau sedang di tengah laut coba tengok ke atas, carilah awan. Awan yang berarak akan lebih banya terdapat di daratan ketimbang di atas lautan seperti gambaran diatas.
Angin juga akan berhembus karena perbedaan tekanan udara panas. Pada malam hari saat bertiupnya angin darat, para nelayan pergi menangkap ikan di laut. Sebaliknya pada siang hari saat bertiupnya angin laut, para nelayan.
Perubahan angin darat laut karena suhu ini berubah dalam siklus harian, namun tentunya ada juga siklus tahunannya atau disebut siklus monsoon. Looh Monsoon, kok sepertinya juga ada monsoonal stream yang ada di Arlindo digambar atas
Tiga peta diatas menunjukkan intesitas magnetik total, peta deklinasi, dan perubahan deklinasi tahunan. Yang dapat dilihat dalam ketiga peta itu adalah, tidak adanya sesuatu yang mencolok baik di Segitiga Bermuda maupun di Segitiga Masalembo. Memang sejak dulu seringkali yang menyatakan adanya keanehan kompas magnetik apabila melalui daerah angker ini. Secara fisik (pengukuran magnetik) tidak terlihat anomali itu. Hanya terlihat bahwa Indonesia secara umum merupakan daerah yang memiliki deklinasi dan iklinasi sangat kecil. Dan merupakan daerah yang memiliki total intensitas magnetik rendah, mungkin karena Indonesia merupakan daerah yang relatif “muda” dibandingkan daerah- daerah lain.
Kalau dibandingkan dengan Segitiga Bermuda, lokasi Segitiga Masalembo juga tidak menunjukkan keanehannya. Sepertinya keangkeran segitiga Masalembo ini lebih ditentukan oleh faktor gangguan alamiah yang bukan mistis. Yang mungkin paling dominan adalah faktor meteorologis termasuk didalamnya faktor cuaca, termasuk didalamnya angin, hujan, awan, kelembaban air dan suhu udara yang mungkin memang merupakan manifestasi dari konfigurasi batuan serta kondisi geologi, oceaografi serta geografi yang sangat unik.


2.4 Mekanisme Terjadinya ARLINDO
Jalur Arlindo dimulai dari perairan antara Mindanao dan Halmahera, mengalir masuk melalui selat Makassar sebagai jalur utamanya. Setelahnya ia meninggalkan perairan Indonesia melalui selat Lombok dan sebagian besar lainnya berbelok melalui laut Flores, laut Banda dan memasuki samudra Hindia. Webster et al (1998) menyatakan bahwa aliran bahang Arlindo adalah dapat dibandingkan terhadap aliran bersih permukaan di utara samudra Hindia dan sejumlah fraksi substansial dari aliran bahangnya. Beberapa hasil model penelitian mengungkapkan ketergantungan suhu permukaan dan simpanan bahang permukaan samudra Pasifik dan Hindia terhadap arus lintas ini.  Di saat kondisi normal, laju Arlindo bergerak dari Samudra Pasifik ke  Samudra Hindia, dengan volume massa air rata-rata sekitar 10,5 juta meter kubik per detik.
Sumber air yang dibawa oleh Arlindo berasal dari Lautan Pasifik bagian utara dan selatan.  Perairan Selat Makasar dan Laut Flores lebih banyak dipengaruhi oleh massa air laut Pasifik Utara sedangkan Laut Seram dan Halmahera lebih banyak dipengaruhi oleh massa air dari Pasifik Selatan.  Gordon et al. (1994) mengatakan bahwa massa air Pasifik masuk kepulauan Indonesia melalui 2 (dua) jalur utama, yaitu:
1.    Jalur barat dimana massa air masuk melalui Laut Sulawesi dan Basin Makasar. Sebagian massa air akan mengalir melalui Selat Lombok dan berakhir di Lautan Hindia sedangkan sebagian lagi dibelokan ke arah timur terus ke Laut Flores hingga Laut Banda dan kemudian keluar ke Lautan Hindia melalui Laut Timor.
2.    Jalur timur dimana massa air masuk melalui Laut Halmahera dan Laut Maluku terus ke Laut Banda.  Dari Laut Banda, menurut Gordon (1986) dan Gordon et al.,(1994) massa air akan mengalir mengikuti 2 (dua) rute.  Rute utara Pulau Timor melalui Selat Ombai, antara Pulau Alor dan Pulau Timor, masuk ke Laut Sawu dan Selat Rote, sedangkan rute selatan Pulau Timor melalui Basin Timor dan Selat Timor, antara Pulau Rote dan paparan benua Australia.












BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
            Dari makalah diatas penulis dapat menyimpulkan bahwa :Arlindo (arus lintas indonesia) adalah arus dari Samudra Pasifik ke Samudra Hindia lewat selat-selat  yang disebabkan oleh perbedaan Tinggi Paras Laut antara kedua samudra tersebut. Arlindo merupakan bagian penting dalam sirkulasi samudra dunia dalam penghantaran panas (heat). Dimana arlindo di pengaruhi oleh beberapa faktor yakni cuaca musim dan angin,
Proses terjadinya arus lintas indonesia dimulai dari perairan antara Mindanao dan Halmahera, mengalir masuk melalui selat Makassar sebagai jalur utamanya. Setelahnya ia meninggalkan perairan Indonesia melalui selat Lombok dan sebagian besar lainnya berbelok melalui laut Flores, laut Banda dan memasuki samudra Hindia. Webster et al (1998) menyatakan bahwa aliran bahang Arlindo adalah dapat dibandingkan terhadap aliran bersih permukaan di utara samudra Hindia dan sejumlah fraksi substansial dari aliran bahangnya.  Di saat kondisi normal, laju Arlindo bergerak dari Samudra Pasifik ke  Samudra Hindia, dengan volume massa air rata-rata sekitar 10,5 juta meter kubik per detik.
4.2 Saran
            Semoga dengan adanya makalah ini penulis dan pembaca dapat diberikan banyak  manfaat baik itu sebagai alat refrensi penulisan maklah lainnya atau dapat dijadikan sebagai ilmu pengetahuan belaka.
            Penulis menyadari dalam penulisan makalah ini banyak terdapat kesalahan baik dari segi penulisan maupun isi dari makalah ini sendiri, oleh karena itu penulis memohon kritik dan saran dari pembaca.




2012

1 komentar: