HASIL
PARAMETER
KIMIA PERAIRAN
DI
PERAIRAN PAOTERE MAKASSAR
PENENTUAN
KADAR BOT DALAM AIR LAUT

NAMA : WIDYASTUTI
NIM : L 111 11 009
KELOMPOK : 4 ( SIANG )

LABORATORIUM
OSEANOGRAFI KIMIA
JURUSAN
ILMU KELAUTAN
FAKULTAS
ILMU KELAUTAN DAN PERIKANAN
UNIVERSITAS
HASANUDDIN
MAKASSAR
2013
I. PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Perairan pesisir merupakan perairan yang
sangat kaya akan berbagai macam zat kimia terutama bahan organik. Dimana
keberadaan bahan-bahan organik ini sangat mempengaruhi distribusi organisme
yang ada didalamnya. Bahan organik yang dikandung oleh suatu perairan merupakan
parameter kesuburan perairan tersebut (Riley dan Chester, 1971).
Substansi kimia yang tidak mudah terurai
(seperti organoklorin, hidrokarbon, dan logam berat) disebut substansi atau
komponen yang resisten. Komponen kimia ini akan berada relatif lama dalam
ekosistem perairan pesisir dapat terakumulasi dalam biota laut (tumbuhan maupun
hewan), kemudian mengalami proses biotransformasi melalui sistem jaringan
makanan, dan proses biomagnifikasi di mana kadarnya dalam tubuh biota tersebut
akan meningkat. Pengaruh yang
ditimbulkan dapat bersifat akut ataupun kronik (Riley dan Chester, 1975).
Dengan pertimbangan bahwa banyak atau
tidaknya bahan organik dalam suatu
perairan kali maka lewat kesempatan praktikum oseanografi kimia ini kami
mencoba mempelajari dan mengkaji sejauh mana bahan organik yang terakumulasi
atau seberapa besar subsidi dari bahan organik total yang ada di perairan Metro
Tanjung Bunga.
B. Tujuan
dan Kegunaan
Tujuan
diadakannya praktikum Oseanografi Kimia tentang Bahan Organik Total
(BOT) ini yaitu untuk menentukan kandungan Bahan Organik Total (BOT) dalam air
laut pada perairan Paotere.
Kegunaan dari praktikum ini yaitu agar mahasiswa dapat memahami dan mengetahui dengan
baik kondisi Bahan Organik Total dan
sumber-sumber bahan organik total dalam air laut serta faktor yang mempengaruhi BOT
II. TINJAUAN PUSTAKA
BOT
menggambarkan kandungan bahan organik total suatu perairan yang terdiri dari
bahan organik terlarut, tersuspensi dan koloid.
Prinsip analisa BOT didasarkan pada kenyataan semua bahan organik dapat
dioksidasi dengan dengan menggunakan senyawa Kalium permanganat atau Kalium
dicromat. Oksidator yang digunakan pada
penentuan BOT adalah KmnO4, diasamkan dengan H2SO4
pekat dan dididihkan beberapa saat (Riley dan Chester, 1975).
Menurut
Rignolda (1995) bahwa tingkat produktivitas perairan tawar dapat digambarkan dengan
melihat total bahan organik yang dikandungnya bahan organik sebagian besar
dihasilkan oleh detritus yang dimanfaatkan sebagai nutrien bagi tumbuhan air
dan organisme dekomposer dan menyatakan bahwa perairan dengan kandungan bahan
organik terlarut di atas 26 ppm tergolong perairan subur.
Empat
sumber dari mana senyawa-senyawa organik terlarut dalam air laut berasal,
yaitu:
a.
Daratan
b.
Pembusukan organisme-organisme mati
c.
Penambahan metabolik-metabolik ekstraselluler oleh
algae, terutama fitoplankton
d.
Ekskresi zooplankton dan hewan-hewan bahari lainnya
Dewasa ini bahan-bahan organik terlarut yang sampai di laut dari daratan
bukan saja berasal dari proses-proses alam.
Meningkatnya industrialisasi dan bertambah padatnya populasi manusia
mengakibatkan bahwa makin banyaknya limbah organik terlarut yang sampai di laut
dari daratan. Banyak diantaranya mudah
mengalami oksidasi dan mengalami dekomposisi bakterial dalam laut. Tetapi dalam perairan-perairan bahari yang
sifatnya agak tertutup seperti perairan estuaria kebutuhan akan oksigen untuk
dekomposisi bahan-bahan ini demikian besarnya sehingga dapat membahayakan
kehidupan dalam perairan-perairan tersebut (Koesbiono, 1980).
III. METODE ANALISIS
A. Prinsip Analisis
Prinsip
analisa adalah hampir semua bahan organik dapat dioksidasi dengan menggunakan
senyawa Kalium permanganat atau Kalium dikhromat. Oksidator yang digunakan pada
penentuan bahan organik adalah KMNO4, diasamkan dengan H2SO4
pekat yang didihkan beberapa saat.
B. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan pada percobaan ini yaitu pemanas listrik berfungsi untuk memanaskan larutan, buret asam 50
ml, erlenmeyer 250 ml, gelas ukur 100 ml berfungsi sebagai alat untuk menyimpan larutan, gelas piala
100 ml berfungsi untuk menyimpan larutan, pipet skala 10 ml berfungsi untuk mengambil larutan, thermometer, dan karet bulp berfungsi sebagai alat untuk menyedot larutan.
Sedangkan bahan yang digunakan
pada percobaan ini yaitu kalium permanganat
0,01 N ; KMnO4 berfungsi sebagai indikator kuat untuk menentukan kadar
bahan oragnik, natrium oksalat
0,01 N; Na2C2O4 berfungsi sebagai bahan yang merubah warna larutan, dan asam sulfat
(1:4); H2SO4 berfungsi sebagai bahan untuk mengasamkan sampel.
C. Prosedur Kerja
Pipet
50 ml air sample, masukkan dalam Erlenmeyer. Tambahkan sebanyak 9,5 ml KMnO4
langsung dari buret. Kemudian tambahkan 10 ml H2SO4 (1:4). Lalu panaskan sampai suhu 70-80oC, angkat. Bila suhu telah turun menjadi 60-70oC,
langsung tambahkan Natrium oksalat 0,01 N secara perlahan-lahan sampai tidak berwarna. Segera titrasi dengan KMnO4 0,01 N,
sampai berubah warna (merah jambu/pink). Catat ml
KMnO4 yang digunakan (x ml). Pipet 50 ml aquades,
lakukan prosedur (1-6), catat
ml KMnO4 yang digunakan.
D. Perhitungan

BOT (mg/L) = 

Dimana:
x = ml KMnO4 untuk sampel.
y = ml KMnO4 untuk aquades (larutan
blanko)
31,6 = Seperlima dari BM
KMnO4, karena tiap mol
KMnO4 melepaskan 5 Oksigen dalam reaksi ini.
0,01 = normalitas
KMnO4
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Setelah melakukan percobaan, diperoleh
hasil
sebagai
berikut :
- Sampel
air laut (x)= 20,6 ml
- Aqudes (y)= 0,6 ml
Perhitungan data
BOT dalam mg/L = 

= 

= 

= 126,4 mg/L
B. Pembahasan
Pada
percobaan ini didapatkan perubahan warna. Air laut yang berwarna bening akan
berubah warnanya menjadi
merah jambu setelah penambahan KMnO4
dan warna ini tetap walaupun ditambahkan H2SO4. Namun
setelah larutan ini dipanaskan dengan hot plate warnanya berubah menjadi orange
dan akan berubah menjadi bening setelah penambahan natrium oksalat. Namun
setelah dititrasi dengan KMnO4 warna larutan akan kembali berubah menjadi warna merah muda. Pada perubahan warna ini dapat
dikategorikan bahwa BOT pada perairan ini masih dapat ditoleransi.
Berdasarkan
hasil analisis data, kadar BOT yang terkandung dalam perairan paotere sebesar 126,4
mg/L. Menurut Rignolda (1995), perairan yang mempunyai nilai kandungan bahan
organik di atas 26 ppm tergolong perairan subur. Jadi, bahan organic total yang
terkandung dalam perairan paotere
tergolong subur. Dan
subur tidaknya
kandungan BOT pada suatu perairan sangat tergantung pada penambahan dari
daratan, proses pembusukan organisme yang telah mati, penambahan oleh
metabolisme ekstraseluler oleh alga, terutama fitoplankton, ekskresi
zooplankton dan hewan-hewan lainnya.
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari
praktikum yang dilaksanakan dapat disimpulkan bahwa Kandungan BOT yang terdapat
diperairan paotere tergolong subur dengan hasil yang didapatkan sebesar 126,4
mg/L
B.
Saran
Sebaiknya
sebelum melakukan penyusunan laporan ada baiknya asisten memberikan informasi
tentang penulisan laporan agar tidak terlalu sulit untuk pengerjaannya.
DAFTAR PUSTAKA
Koesbiono, 1980.
Catatan Kuliah Biologi Laut.
Fakultas Perikanan, IPB Bogor.
Libes, S.M. 1971. An Introduction to Marine Biogeochemistry.
Department of Marine Science. University of South Carolina-Coastal College
Conway. John Wiley & Sons, Inc.
Rignolda,
D. 1995. Kontribusi Hutan Mangrove dalam Penyediaan Nitrogen dan Fosfor Potensi
di Perairan Sekitar Likupang, Kabupaten Minahasa Sulawesi Utara. Tesis.
Program Studi Perairan. Program Pasca SarjanaIPB. Bogor
Riley, J.P and Chester, 1975. Chemmical Oceanography.
Academic Press, London and New York.
Riley, J.P and chester, R. 1971. Introduction to Marine Chemistry.
Department of Oceanography the University of Liverpool, England. Academic
Press, London and New Yor.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar